Cara Menghadapi Stress Kerja

Stres menjadi bagian hidup yang tidak bisa terelakkan yang bisa dialami oleh siapapun. Stres merupakan pengalaman hidup yang pasti dialami oleh setiap orang. Stress sebenarnya tidak selalu menjadi sesuatu yang negative dan merusak. Stres ibarat dua sisi mata uang logam, yaitu memiliki sisi baik dan sisi buruk. Stres yang memberikan dampak positif diistilahkan dengan Eustress, sedangkan stress yang memberi dampak buruk diistilahkan dengan distress (Gadzella, Baloglu, Masten & Wang, 2012). Penelitian Jarinto (2010) menemukan bahwa Eustress merupakan faktor penentu yang mendorong karyawan untuk mencapai kinerja maksimal. Sedangkan jumlah distress yang terlampau banyak secara signifikan dapat mendorong terjadinya penyakit fisik maupun psikologis. Dengan begitu, tingkat stress tertentu dapat memberi dampak yang positif yaitu memacu untuk pertumbuhan dan pengembangan diri maupun organisasi. Namun, jika stress berlebihan maka dapat menyebabkan gagalnya menghadapi dan memenuhi berbagai tuntutan kehidupan yang berujung merusak diri maupun organisasi.

Sebelum menghadapi stress kamu perlu mengetahui penyebab dari stress yang kamu alami. Penyebab stress dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu penyebab stress dari luar diri (external stressors) dan penyebab stress dari dalam diri (internal stressors).

  1. External Stressor. Tekanan yang disebabkan oleh faktor dari lingkungan dan hal-hal diluar diri. Beberapa faktornya antara lain :
    • Kondisi lingkungan. Yaitu seperti cuaca, suhu udara, gangguan suara, kadar oksigen, pencemaran udara
    • Peristiwa penting dalam hidup. Yaitu seperti kematian orang terkasih, kehilangan pekerjaan, perceraian
    • Interaksi sosial. Yaitu seperti perlakuan kasar orang lain, diintimidasi orang yang berkuasa, sifat dan kareakter orang lain.
    • Organisasi. Yaitu seperti isu politik, kondisi perekonomian negara, deadline pekerjaan, peraturan kerja, target pencapaian, jumlah pekerjaan
     
  2. Internal Stressor. Faktor dari dalam diri seseorang, antara lain :
    • Workaholic, yaitu seseorang yang bekerja berlebihan hingga melupakan kesejahteraan dirinya.
    • Fixed Mindset. Yaitu pola berfikir yang cenderung kaku
    • Pikiran Negatif. Yaitu menganalisis secara berlebihan, sering mengkritik diri sendiri, pesimistik
    • Gaya Hidup dan Kebiasaan. Yaitu rutinitas yang menyebabkan tidak stabilnya kondisi dan metabolisme tubuh seperti sering begadang, kecanduan, boros

Jika kamu sudah memahami penjelasan di atas mengenai berbagai penyebab-penyebab stress, selanjutnya adalah proses mengidentifikasi akar masalah dari stress yang sedang teralami. Jika sudah menemukan kemudian memfokuskan diri pada mencari solusi, bukan fokus pada masalah. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menemukan solusi ketika menghadapi stress kerja :

  1. Mengambil jarak untuk menangkan diri sejenak. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain melakukan hal yang menyenangkan, meditasi, memperhatikan pola makan dan tidur. Hal ini baik dilakukan agar otak mampu berfikir dengan jernih sehingga dapat menilai dan mengevaluasi realitas yang terjadi secara optimal dan efektif.
  2. Melakukan obrolan terbuka dengan orang lain. Berinteraksi dengan orang lain bisa menjadi sarana pelepasan rasa penat. Selain itu seringkali tanpa kita sadari penglihatan kita terhadap sesuatu terbatas hanya dari satu sisi. Dengan mendengarkan orang lain dapat menambah sudut pandang lainnya yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya dan dapat dijadikan referensi baru.
  3. Mendatangi konselor, psikolog, atau pskiater professional. Seringkali permasalahan sudah terlanjur menjadi hal yang terpendam dan komplikasi sehingga sulit untuk diurai dan menemukan akar permasalahan. Konselor, psikolog, atau professional akan dapat membantu mengurai dan membantu menghadapi permasalahan yang secara bertahap dan tepat.
  4. Mengaktifkan grow mindset secara sadar. Grow mindset merupakan pola berfikir yang selalu ingin belajar, menganggap segala kegagalan, hambatan, kehilangan, dan apapun yang terjadi merupakan jalan menuju pengembangan diri. Dengan melakukan hal ini kecenderungan pikiran akan mengarah pada apa yang perlu dilakukan, bukan lagi fokus pada rasa sakit, ataupun mengeluh atas apa yang terjadi dan teralami.

Referensi :
Gadzella, B. M., Baloglu, M., Masten, W. G., & Wang, Q. (2012). Evaluation of the student life-stress inventory-revised. Journal of Instructional Psychology, 39(2), 82-91.
Jarinto, K. (2010). Eustress: A key to improving job satisfaction and health among thai managers comparing us, japanese, and thai companies using SEM analysis. NIDA Development Jour-nal, 50(2), 100-129.
Mangkunegara. 2017. Management Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-manajemen-stress.html

Ditulis oleh :
Ajeng Diah Hartawati, M.Psi, Psikolog