Persiapan Masuk Lingkungan Kerja Baru

Selamat untuk kamu yang sudah lulus, kamu sudah akan memasuki gerbang kehidupan yang baru yaitu dunia kerja. Memasuki dunia kerja, dengan lingkungan baru tentu saja akan memberikan kekawatiran tersendiri. Bisakah kita beradaptasi? Bisakah kita menunjukkan kinerja dengan performa yang prima? Bisakah kita berbaur dengan para rekan yang ada di lingkungan kerja? Karena memulai sesuatu yang baru memerlukan ketrampilan yang cukup beragam. Diantaranya ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan management waktu, kedisiplinan dsb.

Daniel Goleman, psikolog yang menemukan teori Emotional Intelligent (Kecerdasan Emosi) mengemukakan bahwa kita perlu untuk menjadi observer (pengamat) terlebih dahulu saat berada di lingkungan yang baru. Jangan terburu-buru untuk menarik perhatian ataupun meminta penerimaan. Karena pada umumnya lingkungan yang baru memerlukan waktu untuk menerima kita sebagai anggota barunya.

Daniel Goleman menyampaikan bahwa sebaiknya kita diam, bersabar dan mengamati terlebih dahulu aturan main yang digunakan dalam kelompok atau lingkungan yang akan kita masuki tersebut. Pengamatan ini utamanya adalah untuk menemukan aturan mengenai apa hal yang disukai dan tidak disukai, diterima dan tidak diterima kelompok tersebut. Setelah kita melakukan pengamatan, kita perlu menyesuaikan sikap kita, omongan kita dan perilaku kita dengan aturan yang berlaku dalam kelompok. Setelah kita positif diterima selanjutnya kita dapat melakukan pendekatan-pendekatan yang bersifat mengakrabkan diri.

Hal terpenting lain yang perlu kita perhatikan adalah menjadikan performa kerja sebagai prioritas. Karena bagaimanapun kita bekerja dan mendapatkan pembayaran atas pekerjaan yang kita lakukan, performa kerjalah yang menjadi acuan penilaian. Saat bekerja nanti akan ada system penilaian performa kerja yang disebut dengan KPI (Key Performance Indicator). Dari KPI lah atasan akan melakukan penilaian atas kinerja kita yang selanjutnya menentukan apakah kita layak untuk mendapatkan promosi jabatan dsb.

Tentu saja banyak aktifitas yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan penerimaan yang baik di lingkungan kerja yang baru. Berikut beberapa aktivitas yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan probabilitas kita supaya bisa diterima di lingkungan baru dengan baik dan juga menghasilkan performa kerja yang prima:

  1. Mendengarkan dengan tulus
    Setiap orang senang berbicara mengenai dirinya. Dengan mempraktikkan ketrampilan mendengarkan dengan baik dan dengan tulus maka akan membuat kita menjadi sosok yang disenangi dan diterima dengan baik karena ketulusan kita.
  2. Membawa kue-kue / makanan ringan atau masakan sendiri
    Dengan kita membawa makanan ringan atau masakan sendiri untuk dinikmati bersama rekan-rekan kerja, membuat suasana kerja kita menjadi lebih akrab dan cair.
  3. Melakukan one on one session Bersama atasan secara berkala.
    One on one session adalah sesi evaluasi + feedback dan planning antara karyawan dengan atasannya. Saat kita melakukan one on one session kita akan mendapatkan umpan balik mengenai performa kerja kita tentang pekerjaan yang sudah kita lakukan dengan baik dan yang masih perlu untuk ditingkatkan.
  4. Hang out dengan rekan kerja
    Kita perlu menyempatkan diri untuk hang out/ nongkrong dan bergaul dengan rekan-rekan kerja diluar jam kantor. Hal ini bisa dilakukan dengan makan malam bersama, dengan nonton bioskop bersama, karaoke dsb. Hang out bareng bersama dengan rekan kerja dapat meningkatkan keakraban kita dengan mereka.
  5. Fokus pada job description utama kita
    Saat kita bekerja akan ada beberapa gangguan yang sifatnya akan menyimpang dari job description utama kita. Misalnya ada rekan kerja yang meminta bantuan mengenai pekerjaannya, dsb. Kita boleh membantu, namun dengan catatan job description utama kita perlu untuk kita selesaikan terlebih dahulu.
  6. Jangan curhat masalah kehidupan pribadi pada lingkungan kerja
    Life changes. People changes. Hidup berubah pun begitu pula dengan manusia, mereka akan senantiasa berubah. Menceritakan permasalahan pribadi kita ke lingkungan kerja memiliki resiko cerita tersebut akan bocor dan berpotensi menjadi bahan gunjingan di lingkungan kerja.

Referensi :
Goleman, Daniel. 2004. Kecerdasan Emosional, Mengapa EI Lebih Penting Daripada IQ. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

 

Created by. Nuurul Ilaahi, M.Psi, Psikolog