Stop Kebiasaan Ini Agar Resolusi Tahunanmu Berhasil Tercapai

Pentingnya berhenti daripada menambah kebiasaan baru dapat dipahami dengan mempertimbangkan konsep anti-resolutions. Di era modern ini, banyak individu mengalami kesulitan ketika mencoba menerapkan resolusi tahunan, dengan data menunjukkan bahwa sekitar 80% dari resolusi tahunan gagal pada akhir Januari setiap tahunnya. Kegagalan ini sering kali diiringi dengan rasa bersalah dan frustrasi, yang pada gilirannya dapat menghambat kemajuan pribadi dan kesehatan mental mereka. Sebagai respon terhadap tantangan ini, pendekatan anti-resolutions mengusulkan fokus pada penghilangan kebiasaan buruk sebuah langkah yang lebih praktis dan berdampak positif di dalam kehidupan sehari-hari.

Tahun 2025 diprediksi sebagai waktu yang tepat untuk introspeksi dan penghilangan hal-hal yang tidak produktif dalam hidup individu. Dalam konteks ini, pendidikan tentang kebiasaan buruk dapat memainkan peran penting dalam membantu individu memahami efek jangka panjang dari kebiasaan buruk yang mereka miliki dan bagaimana mengurangi atau menghilangkannya. Dengan menginternalisasikan nilai untuk tidak melakukan satu keputusan, individu dapat menemukan cara yang lebih mudah untuk mempertahankan kesejahteraan mental dan emosional mereka; fokus yang terarah pada "stop doing" bukan hanya menghemat energi mental, tetapi juga menciptakan ruang untuk pertumbuhan yang lebih berkualitas dalam hidup mereka.

Keputusan untuk menghindari kebiasaan buruk ini harus dipandang sebagai langkah yang menetapkan fondasi untuk kualitas hidup yang lebih tinggi, bukannya sekadar menambah kebiasaan baru. Dengan mengganti pendekatan tradisional baik dalam self-improvement maupun dalam resolusi, individu yang terbebas dari kebiasaan negatif dapat lebih fokus kepada aktivitas-aktivitas yang mengembangkan potensi mereka dengan cara yang lebih konstruktif. Fokus pada penghilangan kebiasaan buruk melalui anti-resolutions berada di posisi yang lebih strategis dan berkelanjutan dalam upaya menciptakan perubahan positif dalam kehidupan pribadi. Pendekatan ini tidak hanya menjawab tantangan tradisional resolusi tahunan, tetapi juga memfasilitasi ruang untuk kualitas yang lebih baik, menjadikan keberhasilan individu lebih mudah dicapai dan dipertahankan.

  • Berhenti Mengecek Email di Pagi Hari
    Mengecek email di pagi hari dapat memicu kecemasan dan meningkatkan stres, yang dapat membebani kesehatan mental sejak bangun tidur. Penelitian menunjukkan bahwa paparan terhadap informasi kerja dapat mengganggu ketenangan mental yang seharusnya menjadi hak individu di waktu pagi. Letakkan HP di ruangan lain saat tidur. Dengan menghindari akses ke perangkat elektronik di pagi hari, individu dapat memulai hari dengan lebih tenang dan fokus pada aktivitas positif, seperti meditasi atau olahraga.
  • Berhenti Mengiyakan Rapat Tanpa Agenda
    Menghadiri rapat tanpa agenda yang jelas dapat menyebabkan kehilangan waktu produktif antara 3 hingga 5 jam setiap minggu. Sebuah studi dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa banyak rapat tidak efisien dan sering kali tidak perlu, sehingga membuang waktu yang berharga. Gunakan fitur auto-reply di email untuk meminta agenda sebelum menyetujui kehadiran dalam rapat. Dengan pendekatan ini, individu dapat memastikan bahwa waktu mereka hanya digunakan untuk pertemuan yang benar-benar relevan dan produktif.
  • Berhenti Mengorbankan Tidur Berkualitas
    Kualitas tidur yang buruk berkontribusi pada penurunan produktivitas dan kesehatan mental. Menurut National Sleep Foundation, kurang tidur dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, seperti obesitas, diabetes, dan gangguan mental. Pasang alarm untuk waktu tidur, bukan hanya untuk bangun. Dengan menetapkan waktu tidur yang konsisten, individu dapat memastikan bahwa mereka mendapatkan jumlah tidur yang cukup untuk memelihara kesehatan fisik dan mental.
  • Berhenti Membandingkan Diri di Media Sosial
    Kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial dapat menumbuhkan rasa kurang bersyukur dan tidak cukup. Penelitian menunjukkan bahwa pemakaian media sosial yang berlebihan dapat berkontribusi pada kecemasan dan depresi pada individu. Buat album “Real Moments” untuk menghargai keaslian hidup. Dengan mendokumentasikan momen-momen sederhana dan nyata, individu dapat mengingat pengalaman positif mereka sendiri dan mengurangi dampak negatif dari perbandingan yang tidak sehat.
  • Berhenti Bekerja di Jam Makan Siang
    Pekerjaan yang terus-menerus selama jam makan siang menyebabkan tubuh menjadi lelah dan fokus terganggu. Sebuah studi oleh Stanford University menunjukkan bahwa istirahat yang cukup dapat meningkatkan kreativitas dan efisiensi kerja. Jadwalkan makan siang dengan rekan kerja seperti halnya dengan rapat penting. Dengan merencanakan waktu untuk makan dan bersosialisasi, individu dapat mengisi ulang energi dan meningkatkan keterikatan sosial di tempat kerja.
  • Berhenti Mengganggu Fokus Sendiri
    Mengganggu fokus sendiri dapat menyebabkan tugas menjadi molor hingga berjam-jam. Penelitian menunjukkan bahwa gangguan yang berulang dapat mengakibatkan penurunan produktivitas yang signifikan, dengan estimasi bahwa setiap gangguan dapat menambah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas hingga 23 menit. Gunakan mode pesawat selama 30 menit blok fokus. Dengan mengaktifkan mode pesawat, individu dapat menyingkirkan gangguan dari notifikasi ponsel dan alat komunikasi lainnya, sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugas yang sedang dikerjakan.
  • Berhenti Minta Maaf karena Fokus
    Kebiasaan meminta maaf saat fokus pada pekerjaan dapat melemahkan posisi profesional. Studi psikologi menunjukkan bahwa orang yang sering meminta maaf dapat terlihat kurang percaya diri dan lebih rentan di mata rekan-rekan mereka. Ganti frasa “maaf” dengan “terima kasih atas pengertiannya” ketika harus meminta perhatian atau dukungan dari orang lain. Ini tidak hanya akan memperkuat posisi Anda sebagai profesional, tetapi juga menunjukkan rasa hormat terhadap waktu dan perhatian orang lain.
  • Berhenti Membiarkan Notifikasi Grup Aktif Terus
    Kehadiran notifikasi grup yang aktif dapat menyebabkan konsentrasi menjadi buyar. Menurut penelitian, notifikasi yang tidak teratur bisa memicu suasana hat yang kurang baik dan bahkan bisa menyebabkan gangguan mental. Aktifkan mode Do Not Disturb dan batasi cek notifikasi maksimal dua kali sehari. Dengan membatasi interaksi dengan notifikasi, individu dapat meningkatkan konsentrasi dan menjaga fokus pada tugas yang lebih penting.
  • Berhenti Memulai Hari tanpa Rencana
    Memulai hari tanpa rencana menyebabkan hari menjadi reaktif dan kacau, yang dapat mengurangi efisiensi. Penelitian dari American Psychological Association menunjukkan bahwa perencanaan harian secara efektif dapat mengurangi stres dan meningkatkan prediktabilitas dalam hidup. Tulis tiga prioritas untuk esok hari sebelum tidur malam ini. Dengan melakukan ini, individu dapat memulai hari dengan visi yang jelas dan meminimalisir rasa kebingungan.
  • Berhenti Membiarkan Uang Diam Tak Berkembang
    Kebiasaan membiarkan uang diam saja dapat berisiko terhadap nilai uang yang tergerus oleh inflasi, yang mencapai sekitar 3–4% per tahun. Konsekuensi jangka panjangnya adalah penurunan daya beli yang signifikan. Atur auto-transfer untuk investasi setiap habis gajian. Dengan cara ini, individu secara otomatis menanamkan sebagian dari pendapatannya ke dalam instrumen investasi yang dapat tumbuh dan melawan efek inflasi.

Penerapan anti-resolusi sebagai strategi dalam mengelola kebiasaan buruk dapat memberikan dampak signifikan terhadap produktivitas dan kesejahteraan mental individu. Dengan fokus pada keputusan untuk menghentikan kebiasaan yang mengganggu dan menggantinya dengan tindakan yang lebih positif, individu dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan pribadi dan profesional. Setiap langkah yang diambil, mulai dari berhenti mengecek email di pagi hari hingga mengatur auto-transfer investasi, berkontribusi pada pengelolaan waktu yang lebih baik, peningkatan kesehatan mental, dan pemanfaatan sumber daya yang lebih efisien. Oleh karena itu, pendekatan ini tidak hanya menjadi strategi untuk mencapai tujuan yang realistis, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.

Referensi :
Aguila, L. M. A., Barzola–Monteses, J., González-Cañizalez, Y., Hidalgo-Crespo, J., & Pisco, S. M. C. (2020). Sorting Algorithm Applied in Geographical Regions Using Residential Electricity Consumption Indicators. International Journal on Advanced Science Engineering and Information Technology, 10(2), 562–566. https://doi.org/10.18517/ijaseit.10.2.10805
Kline, D. (2025a, January 1). Bad news: 97% of New Year’s Resolutions fail. [Online forum post]. Dave Kline. https://www.linkedin.com/posts/davidkline_10-anti-resolutions-to-stop-doing-in-2025-activity-7280217462250323968-BNel/?utm_source=combined_share_message&utm_medium=member_desktop_web
Ruhnke, M., Cornely, O. A., Schmidt-Hieber, M., Alakel, N., Boell, B., Buchheidt, D., Christopeit, M., Hasenkamp, J., Heinz, W., Hentrich, M., Karthaus, M., Koldehoff, M., Maschmeyer, G., Panse, J., Penack, O., Schleicher, J., Teschner, D., Ullmann, A. J., Vehreschild, M. J. G. T., … Schwartz, S. (2020). Treatment of Invasive Fungal Diseases in Cancer Patients—Revised 2019 Recommendations of the Infectious Diseases Working Party (AGIHO) of the German Society of Hematology and Oncology (DGHO). Mycoses, 63(7), 653–682. https://doi.org/10.1111/myc.13082
Surya, L. S., Millenia, S. I., Putri, R. G., & Syari, R. N. (2022). Effect of Oral Bad Habit Breath Through the Mouth With Face Shape in Children. Makassar Dental Journal, 11(3), 355–358. https://doi.org/10.35856/mdj.v11i3.658
Vanecek, V., Decká, K., Mihóková, E., Cuba, V., Král, R., & Nikl, M. (2022). Advanced Halide Scintillators: From the Bulk to Nano. Advanced Photonics Research, 3(8). https://doi.org/10.1002/adpr.202200011
Wardana, P. N., Heningtyas, A. H., & Maharani, A. S. (2023). Oral Bad Habit Education in ABA Pasekan Kindergarten Students. Iccs, 1(2). https://doi.org/10.18196/iccs.v1i2.191

Penulis : Ajeng Diah Hartawati M.Psi, Psikolog