Kalimat yang Membuatmu Tampak Seperti Leader

Komunikasi adalah elemen penting dalam kepemimpinan yang berfungsi untuk membangun kredibilitas dan memengaruhi orang lain. Dalam konteks ini, bahasa berperan krusial, di mana cara seorang pemimpin berkomunikasi dapat menetapkan tingkat kepercayaan dan tanggung jawab dalam tim maupun komunitas yang dipimpinnya. Pemimpin yang efektif sering kali menggunakan strategi komunikasi yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, termasuk dalam krisis. Penelitian oleh Banu et al. menunjukkan bahwa pengembangan kepemimpinan yang melibatkan komunikasi yang jelas dan adaptif dapat memperbaiki lingkungan kerja secara signifikan.
Pemimpin yang mampu memahami kebutuhan tim mereka dan membangun komunikasi yang efektif dapat mendorong kolaborasi serta kohesi dalam kelompok. Hal ini sangat penting, terutama dalam situasi di mana tantangan baru muncul dan memerlukan inovasi dalam pendekatan serta pengambilan keputusan. Kredibilitas dalam komunikasi tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dikatakan, tetapi juga oleh bagaimana sesuatu disampaikan. Oleh karena itu, dalam kepemimpinan, pemilihan kata dan struktur bahasa yang digunakan sangat penting untuk menciptakan kesan yang positif dan menumbuhkan kepercayaan.
Artikel ini, bertujuan untuk mengulas ungkapan-ungkapan kepemimpinan yang mencerminkan kepercayaan diri, empati, dan arah yang jelas. Empati dalam komunikasi kepemimpinan merupakan aspek penting yang dapat meningkatkan keterlibatan karyawan. Purnami dan Senen menekankan bahwa kepemimpinan spiritual yang baik, dikombinasikan dengan komunikasi yang efektif, dapat meningkatkan keterlibatan karyawan, yang merupakan motivasi intrinsik yang berkontribusi pada kinerja mereka. Ketika pemimpin menunjukkan empati dan kejelasan dalam arah yang dituju, mereka tidak hanya membangun kepercayaan tetapi juga menginspirasi dan memotivasi yang lainnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam kepemimpinan adalah faktor kunci yang memengaruhi kredibilitas dan pengaruh seorang pemimpin. Melalui penggunaan bahasa yang tepat dan pendekatan yang empatik, pemimpin dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi dan efektivitas tim. Ini menjadi sangat relevan dalam konteks tantangan modern yang dihadapi oleh banyak organisasi dan komunitas.
Dalam konteks kepemimpinan yang efektif, ungkapan-ungkapan yang tepat dapat berfungsi sebagai alat untuk membangun hubungan yang kuat, mengembangkan kepercayaan, dan meningkatkan kinerja tim. Pada bagian ini, kami akan menguraikan sepuluh ungkapan yang mencerminkan kepemimpinan sejati, beserta makna dan dampaknya terhadap tim.
- “What do you think we should do?” – Membangun Kepercayaan Tim
Ungkapan ini mengajak anggota tim untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, menciptakan rasa kolektivitas. Ketika anggota merasa diikutsertakan, mereka akan menumbuhkan rasa memiliki dan penghargaan, yang pada gilirannya meningkatkan motivasi dan komitmen terhadap tujuan bersama.
- “I was wrong, and here’s what I learned” – Kerendahan Hati dalam Kepemimpinan
Mengakui kesalahan sebagai bentuk kekuatan, bukan kelemahan, menunjukkan transparansi dan kejujuran. Hal ini menumbuhkan rasa hormat dari tim dan mendukung pembentukan budaya reflektif di mana semua anggota merasa aman untuk berbagi kesalahan dan belajar darinya.
- “Help me understand your perspective” – Menumbuhkan Empati dan Ruang Aman
Pemimpin yang mendengarkan dengan seksama menciptakan hubungan berbasis empati. Ini meningkatkan kualitas dialog antara anggota dan pemimpin, serta membantu menghindari miskomunikasi yang dapat berpotensi mengganggu kerja sama tim.
- “Here’s what we know and what we don’t” – Transparansi dan Kejujuran
Pemimpin mengakui ketidakpastian dan faktor-faktor yang belum diketahui dengan jujur. Ini tidak hanya membangun kepercayaan tim, tetapi juga menjaga fokus strategis pada penyelesaian masalah yang dihadapi.
- “How can I clear obstacles for you?” – Kepemimpinan yang Melayani
Pemimpin ada untuk membantu, menyediakan dukungan yang dibutuhkan anggota tim. Pendekatan ini meningkatkan produktivitas karena anggota merasa didukung, serta meningkatkan loyalitas kepada pemimpin dan organisasi.
- “You made this happen – tell me how” – Menghargai dan Merayakan Kontribusi
Menghargai peran individu dalam mencapai hasil positif dan memberi mereka suara. Ini menumbuhkan motivasi dan percaya diri di antara anggota tim, yang merasa diakui atas kontribusi mereka.
- “This was my decision, I own it” – Tanggung Jawab Penuh
Pemimpin yang bertanggung jawab tidak mengalihkan kesalahan kepada orang lain. Dengan menunjukkan tanggung jawab, pemimpin meningkatkan kredibilitas dan menciptakan rasa aman di dalam tim.
- “What did we learn from this?” – Budaya Pembelajaran Berkelanjutan
Melihat kesalahan sebagai peluang untuk berkembang dan memahami bahwa kegagalan itu normal. Ini mengurangi rasa takut gagal dan menumbuhkan inovasi karena anggota merasa didorong untuk mengambil risiko dan mencoba hal baru.
- “I trust your judgment here” – Pemberdayaan dan Otonomi
Memberikan kepercayaan bagi anggota untuk mengambil keputusan mandiri. Dengan menjadi lebih otonom, anggota merasakan peningkatan rasa tanggung jawab dan kesempatan untuk tumbuh dalam keterampilan dan kepercayaan diri mereka.
- “Let’s solve this, not find blame” – Fokus pada Solusi, Bukan Menyalahkan
Mengalihkan fokus dari mencari kesalahan masa lalu ke pencarian solusi untuk masa depan. Pendekatan ini membantu mencegah konflik dan meningkatkan kolaborasi dalam tim, karena semua anggota merasa diarahkan untuk bekerja sama mencapai tujuan yang lebih besar.
Selain kalimat-kalimat tersebut, terdapat beberapa kalimat yang harus dihindari dikarenkan dapat merusak kepercayaan seperti
- “That’s not my problem” – Sikap Acuh dan Tidak Bertanggung Jawab
Ungkapan ini menunjukkan kurangnya empati dan pengertian terhadap tantangan yang dihadapi anggota tim. Ketika seorang pemimpin menyatakan bahwa suatu masalah bukan urusannya, hal ini mencerminkan ketidakpedulian terhadap situasi atau tantangan yang dihadapi oleh orang lain. Sikap ini dapat mematikan inisiatif dari anggota tim, serta mengikis rasa kebersamaan dan kolaborasi. Hasilnya, anggota tim mungkin merasa terasing dan kurang termotivasi untuk berkontribusi.
- “Just do what I say” – Gaya Komando Otoriter
Kalimat ini menciptakan suasana di mana anggota tim tidak diberikan ruang untuk berpikir, berinovasi, atau berkontribusi dengan ide-ide mereka. Gaya komunikasi yang otoriter ini menghilangkan rasa otonomi dan akal sehat anggota tim. Resultan dari gaya komando ini adalah penurunan motivasi dan partisipasi aktif di dalam tim. Anggota yang merasa tidak dihargai atau diabaikan cenderung tidak menunjukkan komitmen terhadap tugas dan tanggung jawab mereka.
- “I told you so” – Bahasa yang Merendahkan
Penggunaan ungkapan ini nyatanya menciptakan nuansa negatif, yang dapat menyerang kepercayaan diri anggota tim. Merendahkan dengan mengatakan "I told you so" setelah seseorang melakukan kesalahan hanya akan menyudutkan dan mempermalukan individu tersebut. Sekali lagi, dampak dari ungkapan ini adalah penurunan kepercayaan dan keterbukaan di antara anggota tim. Ketakutan untuk berbicara atau mencoba ide-ide baru akan meningkat, menghalangi dialog yang konstruktif dan kolaborasi yang sehat.
- “We’ve always done it this way” – Anti-Inovasi
Mengucapkan kalimat ini menunjukkan penolakan terhadap perubahan dan ide baru yang mungkin membawa perbaikan. Pola pikir yang kaku dikenali sebagai anti-inovasi, di mana status quo dianggap sebagai norma yang tidak boleh diganggu. Konsekuensi dari ungkapan ini adalah terhambatnya pertumbuhan dan adaptasi. Dalam dunia yang terus berubah dan berkembang, ketidakmauan untuk mengembangkan pemikiran dapat membuat organisasi tertinggal dan tidak relevan dengan tuntutan pasar.
- “Who’s to blame?” – Mencari Kambing Hitam
Mengalihkan fokus dari mencari solusi ke pencarian penyebab atau menemukan pihak yang salah menciptakan atmosfer yang defensif. Mengajukan pertanyaan ini secara langsung kepada anggota tim menunjukkan bahwa pemimpin lebih fokus pada kesalahan daripada perbaikan. Hal ini dapat menyebabkan ketakutan, konflik internal, dan budaya saling menyalahkan yang merusak. Dalam lingkungan kerja yang sehat, fokus harus selalu diarahkan pada solusi dan perbaikan daripada menyalahkan.
Komunikasi yang efektif dalam kepemimpinan sangat bergantung pada pemilihan ungkapan yang digunakan, yang dapat memengaruhi suasana dan dinamika tim secara signifikan. Ungkapan yang membangun, seperti yang mendorong partisipasi, kerendahan hati, dan transparansi, berperan penting dalam menciptakan kepercayaan, empati, dan rasa kepemilikan di antara anggota tim. Sebaliknya, kalimat yang merusak kepercayaan, seperti menunjukkan sikap acuh dan mencari kambing hitam, dapat menghancurkan kolaborasi dan inovasi, serta menghasilkan lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan. Oleh karena itu, pemimpin diharapkan untuk secara aktif memilih kata-kata dan ungkapan yang positif, berguna untuk menciptakan budaya organisasi yang sehat dan produktif.
Referensi :
Banu, S. B., Srinivas, B., Ramachandran, K., Suthar, A., Banerjee, M., & Pathak, M. V. (2023). Impact of Leadership Development in Improving Workplace Communication and Working Environment. https://doi.org/10.52783/jier.v3i2.416
Maulina, D., Hakim, I. M., Arasy, L. N., Millatina, M. D., & Siregar, E. S. (2020). Should I Trust Social Media? How Media Credibility and Language Affect False Memory. Jurnal Psikologi, 47(3), 239. https://doi.org/10.22146/jpsi.54356
Pediotis, E. T. (2025, January 3). 10 phrases that make you sound like a leader [Online forum post]. Emanuel Theander Pediotis. https://www.linkedin.com/posts/emanuel-theander_phrases-that-make-you-sound-like-a-leader-activity-7280927389587509248-tmA1/?utm_source=combined_share_message&utm_medium=member_desktop_web
Purnami, R. S., & Senen, S. H. (2021). The Role of Leadership Spirituality in Increasing Employee Engagement With Leadership Communication as Moderator. https://doi.org/10.2991/aebmr.k.210831.038
Villiers, C. d., & Molinari, M. (2021). How to Communicate and Use Accounting to Ensure Buy-in From Stakeholders: Lessons for Organizations From Governments’ COVID-19 Strategies. Accounting Auditing & Accountability Journal, 35(1), 20–34. https://doi.org/10.1108/aaaj-08-2020-4791
Penulis : Erna Susilowati
Editor : Ajeng Diah Hartawati M.Psi, Psikolog