Gunakan Mindset Ini Saat Interview

Dalam konteks dunia kerja yang semakin kompetitif, pentingnya keterampilan dan karakter individu telah menjadi pusat perhatian baik bagi perusahaan maupun para profesional yang sedang bersiap memasuki pasar tenaga kerja. Banyak perusahaan memprioritaskan keterampilan teknis yang sering kali langsung terkait dengan kinerja pekerjaan, namun ada kesadaran yang berkembang bahwa karakter dan keterampilan sosial memainkan peran yang tidak kalah penting. Penelitian menunjukkan bahwa keterampilan pribadi seperti tanggung jawab, loyalitas, dan kemampuan komunikasi sangat dihargai oleh majikan dan sering kali dianggap kurang pada karyawan, terlepas dari sektor industri atau ukuran perusahaan.

Perusahaan pada umumnya memahami bahwa keterampilan teknis dapat dilatih melalui pendidikan dan pelatihan. Namun, karakter dianggap sebagai fondasi yang lebih mendalam dan permanen yang menentukan keberhasilan jangka panjang seorang individu dalam lingkungan kerja. Penelitian mengindikasikan bahwa keterampilan lunak, yang mencakup kemampuan interpersonal dan komunikasi, sangat penting di tingkat pekerjaan yang lebih tinggi. Hal ini mendukung tesis bahwa sementara keterampilan dapat ditingkatkan, karakter seperti etika kerja, sikap positif, dan kemampuan beradaptasi adalah kualitas mendasar yang menciptakan perbedaan di luar kemampuan teknis belaka.

Pentingnya karakter ini juga dicatat dalam survei yang dilakukan di berbagai sektor industri, yang menunjukkan bahwa majikan merindukan lebih banyak karyawan dengan karakteristik personal yang kuat, yang sering kali tidak terpenuhi oleh lulusan baru. Karakter yang kuat tidak hanya berkontribusi pada kinerja individu tetapi juga pada dinamika tim secara keseluruhan, yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif dan produktif. Oleh karena itu, pengembangan karakter harus menjadi fokus utama dalam program pendidikan dan pelatihan untuk memastikan bahwa lulusan tidak hanya kompeten dalam keterampilan teknis tetapi juga siap dengan mentalitas dan sikap yang diperlukan dalam dunia kerja yang nyata. Melalui pemahaman yang mendalam tentang pentingnya baik keterampilan teknis maupun karakter, kita dapat menyimpulkan bahwa organisasi yang ingin bertahan dan beradaptasi dalam era modern ini harus lebih memprioritaskan pengembangan karakter, mendukung bahwa karakter adalah fondasi yang menentukan keberhasilan jangka panjang dalam dunia yang penuh dinamika.

  • Keterampilan Bisa Diajarkan
    Keterampilan adalah bekal fundamental yang dianggap sangat penting dalam dunia kerja. Secara umum, keterampilan dibagi menjadi dua kategori besar: keterampilan teknis (hard skills) dan keterampilan lunak (soft skills). Keterampilan teknis berkaitan dengan kemampuan spesifik yang dapat diukur dan sering kali muncul dalam bentuk pengetahuan atau teknik yang digunakan dalam pekerjaan, seperti penguasaan perangkat lunak, kemampuan analisis data, atau keahlian mesin. Di sisi lain, keterampilan lunak meliputi aspek-aspek yang lebih terkait dengan perilaku, sikap, dan interaksi sosial, seperti kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan keterampilan kerja dalam tim.

    Proses pembelajaran keterampilan mencakup pelatihan, pengalaman, dan pendidikan, yang masing-masing memainkan peran penting dalam pengembangan individu. Pelatihan formal dan informal, misalnya, bisa mencakup program pelatihan berbasis simulasi yang semakin populer dalam berbagai bidang, termasuk kedokteran dan teknik. Penelitian menunjukkan bahwa simulasi dalam bootcamp dapat sangat efektif untuk meningkatkan kompetensi dan rasa percaya diri dalam menerapkan keterampilan dalam situasi nyata, meskipun terdapat nuansa bahwa fokus awal sering kali pada keterampilan teknis.

    Contoh dunia nyata mencakup program onboarding karyawan dan bootcamp industri. Merujuk pada penelitian di bidang kedokteran, bootcamp pascasarjana menunjukkan bahwa pelatihan berbasis simulasi dapat mengembangkan keterampilan prosedural penting. Dalam pengaturan ini, bukan hanya keterampilan teknis yang diperoleh, tetapi bootcamp juga mengupayakan pengembangan aspek keterampilan lunak seperti kepemimpinan dan komunikasi. Hal ini menekankan pentingnya menyeimbangkan antara keterampilan teknis dan lunak dalam program pelatihan untuk mencapai hasil yang optimal.

  • Karakter Tidak Bisa Diajarkan, Hanya Bisa Diungkap
    Dalam konteks profesional, karakter dapat didefinisikan sebagai serangkaian nilai, sikap, dan kebiasaan yang membentuk perilaku individu, serta berperan penting dalam menentukan respon mereka dalam situasi tertentu, terutama dalam menghadapi tekanan, konflik, dan kegagalan. Karakter bukanlah sesuatu yang bisa diajarkan dalam bentuk latihan formal layaknya keterampilan teknis; sebaliknya, karakter lebih merupakan hasil dari pengalaman yang terkumpul dan nilai-nilai yang diinternalisasi sepanjang waktu. Momen kritis, seperti situasi yang menuntut integritas atau tanggung jawab, merupakan saat di mana karakter seseorang terlihat secara jelas. Sebagai contoh, seorang pekerja yang tetap jujur meskipun mendapatkan tawaran yang menggiurkan untuk melakukan tindakan tidak etis mencerminkan kekuatan karakter dan komitmennya terhadap integritas.

    Tiga elemen kunci dari karakter yang sering dianggap lebih penting dibandingkan kemampuan teknis adalah integritas, tanggung jawab, dan empati. Integritas, yaitu keterpaduan antara nilai yang dianut dan perilaku yang ditunjukkan, penting karena membangun kepercayaan di antara rekan kerja dan klien. Tanggung jawab mencerminkan komitmen individu untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan konsisten, bahkan ketika situasi tidak menguntungkan. Terakhir, empati yaitu kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dialami orang lain sangat penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif dan mendukung, di mana individu merasa dihargai dan dipahami. Karakter dilihat sebagai landasan untuk membentuk hubungan yang saling menguntungkan dalam dunia kerja.

  • Insights dari 500+ Wawancara: Mengungkap Karakter Kandidat
    Menggali wawasan dari lebih dari 500 wawancara memberikan pandangan mendalam tentang karakter kandidat dalam proses rekrutmen. Penemuan ini mencakup sejumlah indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi karakter dan potensi kandidat.
  • The Hidden First 30 Seconds
    Selama 30 detik pertama wawancara, beberapa faktor seperti cara kandidat memasuki ruang wawancara, postur tubuh, dan kontak mata dapat memberikan petunjuk awal tentang rasa hormat dan kepercayaan diri mereka. Bahasa tubuh yang positif menunjukkan empati terhadap pewawancara dan mencerminkan nilai-nilai pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa kesopanan yang tampak sederhana sebenarnya berfungsi sebagai cerminan karakter kandidat dan efektivitas interaksi sosial mereka dalam dunia profesional.
  • The Curiosity Factor
    Kandidat terbaik umumnya menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi dengan mengajukan pertanyaan tentang tantangan bisnis yang dihadapi oleh organisasi. Mereka tidak hanya memahami aspek operasional, tetapi juga menunjukkan wawasan terhadap lanskap industri secara menyeluruh. Meskipun tidak ada referensi spesifik yang membahas pertanyaan ini, umumnya dikatakan bahwa kandidat yang aktif bertanya sering kali dapat melihat hubungan yang tidak disadari oleh kandidat lainnya, mencerminkan cara berpikir analitis dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan.
  • The Leadership Lens
    Perspektif kepemimpinan tampak jelas dalam cara kandidat memberikan kredit kepada tim dan mengakui kesalahan mereka. Kandidat yang sukses seringkali berbagi cerita pribadi yang mencerminkan pertumbuhan karakter dan profesional. Keterampilan dalam memberi kredit kepada orang lain serta ketersediaan untuk mengakui dan belajar dari kesalahan mencerminkan kualitas kepemimpinan yang kuat, yang penting dalam menciptakan budaya kerja yang kolaboratif dan inovatif.
  • The Impact Formula
    Kandidat yang efektif menyampaikan informasi berbasis data yang konkret, bukan sekadar narasi. Mereka menjelaskan tanggung jawab yang diemban dengan memberikan angka dan hasil yang jelas. Penekanan pada kinerja berbasis data menunjukkan kompetensi teknis, serta kemampuan mereka untuk berkontribusi terhadap hasil tim secara keseluruhan. Ini sesuai dengan konsep bahwa keterampilan analitis dan komunikasi yang baik dapat menjadi nilai tambah dalam pengambilan keputusan.
  • The Future Focus
    Akhirnya, kandidat unggul menunjukkan antusiasme terhadap visi masa depan dan tantangan yang dihadapi oleh organisasi. Mereka berbicara tentang kontribusi yang dapat mereka buat dan tidak hanya terfokus pada pekerjaan yang ada. Semangat proaktif dan rasa kepemilikan yang tinggi ini memperlihatkan karakter kuat yang dapat mendukung keberhasilan organisasi secara jangka panjang.

Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, perusahaan kini tidak hanya menilai kandidat berdasarkan keterampilan teknis, tetapi juga semakin menekankan pentingnya karakter dan keterampilan lunak. Meskipun keterampilan teknis dapat dipelajari melalui pendidikan dan pelatihan, karakter seperti integritas, tanggung jawab, dan empati dianggap sebagai fondasi yang tidak dapat diajarkan secara langsung dan lebih sulit dibentuk. Karakter yang kuat berkontribusi besar terhadap kinerja individu dan kolaborasi tim, yang sangat dibutuhkan dalam lingkungan kerja modern.

Proses rekrutmen pun semakin diarahkan untuk mengungkap karakter kandidat, melalui indikator seperti bahasa tubuh, rasa ingin tahu, kemampuan kepemimpinan, penyampaian hasil berbasis data, serta antusiasme terhadap masa depan organisasi. Oleh karena itu, pengembangan karakter harus menjadi fokus utama dalam pendidikan dan pelatihan, agar lulusan tidak hanya siap secara teknis, tetapi juga matang secara personal untuk menghadapi tantangan nyata di dunia kerja. Karakter yang kuat, berpadu dengan keterampilan yang relevan, adalah kunci untuk kesuksesan jangka panjang baik bagi individu maupun organisasi.

Referensi :
Franco-Ángel, M., Carabalí, J., & Velasco, M. I. (2022). The Internship Performance of Undergraduate Students: Are Hard or Soft Skills More Important? Industry and Higher Education, 37(3), 384–396. https://doi.org/10.1177/09504222221127213
Matalia, M. (2024, December 10). Owning mistakes impresses more than excuses. [Online forum post]. Malay Matalia. https://www.linkedin.com/posts/malaymatalia_skills-can-be-taught-character-is-revealed-activity-7272229829444329473-EYYQ/?utm_source=combined_share_message&utm_medium=member_desktop_web
Nurmala, A., R., M. D., & Sobari, A. (2020). Hubungan Pendidikan Dengan Karakter Disiplin Dan Tanggung Jawab Dalam Perspektif Guru. Auladuna Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 7(1), 10. https://doi.org/10.24252/auladuna.v7i1a2.2020
Olšanová, K., Krenková, E., Hnát, P., & Vilikus, O. (2022). Workforce Readiness for Industry 4.0 From the Perspective of Employers: Evidence From the Czech Republic. Industry and Higher Education, 36(6), 807–823. https://doi.org/10.1177/09504222221075552
Safitri, A. O., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membentuk Pribadi Yang Berkarakter  Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(6), 5328–5335. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1632
Stout, M., Ballinger, J., Posid, T., Lee, C., Cooper, J. A., Rose, J., & Bellows, F. (2023). Advanced Urology Boot Camp: A Simulation-Based Curriculum to Enhance Fourth-Year Medical Student Procedural Competency. Urology Practice, 10(2), 196–200. https://doi.org/10.1097/upj.0000000000000379
Wajsberg, B., Li, D., Kohanzadeh, A., Bitners, A. C., Gorthey, S., Gibber, M., Rong, E., Bent, J. P., Gangar, M., & Yang, C. J. (2022). Impact of a Postgraduate Year One (PGY-1) Otolaryngology Bootcamp on Procedural Skill Development. Mededpublish, 12, 47. https://doi.org/10.12688/mep.19187.1
Williams, Z., Ananthapadmanabhan, S., Ranasinghe, S., Combes, A., Saad, J., Ayeni, F. E., Mehan, N., Arianayagam, M., Varol, C., Myint, M., Jeffery, N., Thangasamy, I., Ko, R., Canagasingham, B., & Khadra, M. (2024). Inaugural Australian Urology Bootcamp for Early-career Medical Officers: Improving Knowledge, Skills, and Confidence to Prepare for Registrar Years. Anz Journal of Surgery, 94(11), 2007–2012. https://doi.org/10.1111/ans.19285

Penulis : Erna Susilowati
Editor : Ajeng Diah Hartawati M.Psi, Psikolog