Mengenal Siklus Kesedihan untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri

Duka, atau grief, adalah respons emosional yang kompleks terhadap kehilangan, yang sering kali melibatkan serangkaian perasaan, dari kesedihan mendalam hingga kemarahan dan bahkan rasa bersalah. Definisi ini bervariasi di antara individu dan konteks, terpengaruh oleh latar belakang budaya, pengalaman pribadi, serta hubungan sosial seseorang. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kebutuhan perkembangan dan intelektual, seperti dalam studi oleh Zamir dan Band-Winterstein, sering mengalami duka yang tidak diakui, yang berdampak pada kemampuan mereka untuk menjalani proses berduka secara sosial. Dalam konteks ini, duka tidak hanya terbatas pada emosi personal tetapi juga mencakup dinamika sosial yang memengaruhi bagaimana seseorang berduka.

Penting untuk menekankan bahwa setiap orang mengalami duka dengan cara yang berbeda. Hal ini tercermin dalam model dukungan komunitas yang dirancang oleh Brownhill et al., yang memperlihatkan bahwa perawat komunitas perlu mempertimbangkan beban kerja, dukungan sosial, dan konteks budaya ketika membantu individu dalam proses berdukanya. Standar praktik dan intervensi yang disediakan sangat beragam dan harus disesuaikan dengan kebutuhan individual, di mana latar belakang sosial dan kekhususan situasi berperan penting dalam menentukan bagaimana proses duka dapat dipahami dan dialami.

  • Grief sebagai Perjalanan Pribadi
    Duka merupakan pengalaman yang seringkali tidak seragam dan tidak linier. Banyak individu melaporkan bahwa perjalanan duka mereka terdiri dari fluktuasi emosi yang tinggi dan rendah, yang sesuai dengan teori multitrajektori dan strategi coping yang menyatakan bahwa pengalaman duka dapat terpengaruh oleh berbagai faktor. Pengalaman seperti ini menekankan bahwa duka bukanlah proses yang terstruktur di mana seseorang dapat dengan mudah melangkah dari satu tahap ke tahap berikutnya. Sebaliknya, duka dapat merasa lebih seperti gelombang yang datang dan pergi tanpa pola yang jelas, mencerminkan kompleksitas emosi yang dihadapi setiap individu.

    Menghargai pengalaman unik setiap individu dalam menghadapi kehilangan adalah kuncinya. Pengetahuan tentang variasi dalam pengalaman duka, termasuk yang dihadapi oleh wanita setelah kehilangan kehamilan, menunjukkan pentingnya pemahaman bahwa setiap individu memiliki cara tersendiri untuk berduka. Hal ini juga berlaku untuk identitas individu yang diasuh atau diadopsi, di mana penting untuk mengakui duka dan tantangan yang dihadapi sepanjang perjalanan hidup mereka. Mengakui bahwa duka tidak selalu hilang seiring berjalannya waktu, tetapi dapat merupakan pengalaman yang berkelanjutan, memungkinkan individu untuk terus memproses kehilangan mereka dan memperbarui identitas diri mereka.

  • Tantangan Sosial dalam Menghadapi Duka
    Salah satu tantangan yang dihadapi individu yang sedang berduka adalah tekanan sosial untuk "melanjutkan hidup" terlalu cepat. Masyarakat sering kali tidak memberikan ruang yang cukup bagi individu untuk merasakan dan mengekspresikan kesedihan mereka. Hal ini dapat menciptakan perasaan terasing dan ditinggalkan bagi mereka yang sedang berduka. Pendekatan yang lebih sensitif dan empatik diperlukan, di mana orang-orang di sekitar dapat menyediakan dukungan otentik tanpa penilaian, serta membiarkan individu menjalani proses duka mereka tanpa merasa tertekan untuk cepat pulih.

    Pengabaian atau penyangkalan terhadap duka dapat memiliki efek negatif pada kesehatan emosional individu. Ketidakmampuan untuk mengakui dan mengelola duka dapat menyebabkan masalah psikologis lainnya, seperti kecemasan atau depresi, serta mengganggu kemampuan individu untuk membangun hubungan sosial yang sehat. Dengan demikian, memberikan ruang dan penerimaan bagi proses berduka tidak hanya mendukung individu dalam perjalanan pribadi mereka, tetapi juga penting untuk mencegah akibat negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan mereka.

  • Peran Empati dalam Proses Duka
    Empati memainkan peran penting dalam proses duka, karena kehadiran seseorang yang mendukung dapat memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan hanya sekadar kata-kata. Kehadiran emosional memungkinkan individu yang berduka merasa didengar dan dipahami dalam pengalaman kesedihan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa kehadiran emosional, di mana seseorang secara aktif mendengarkan dan menanggapi perasaan individu yang berduka, dapat menjembatani pengalaman individu dengan dukungan yang lebih autentik dan berbobot. Ini menjadi kunci dalam membantu individu berduka merasakan bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi rasa sakit mereka, yang membantu mereka memproses emosi yang mungkin sulit dihadapi sendiri.

    Dukungan emosional melalui empati juga menciptakan ruang bagi individu untuk mengungkapkan dan mengeksplorasi perasaan mereka tanpa merasa tertekan untuk tampil baik atau cepat pulih. Dengan memberi mereka kesempatan untuk merasakan dan menceritakan pengalaman mereka tanpa penilaian akan membantu individu berduka merasakan validitas dalam pengalaman mereka dan mempercepat proses penyembuhan. Ketika orang di sekeliling mereka hadir dengan empati, individu berduka dapat lebih mudah mengatasi kompleksitas emosi yang ada, baik dalam bentuk kesedihan, kemarahan, atau bahkan rasa bersalah.

  • Koneksi dan Komunitas sebagai Penyembuh
    Keterhubungan sosial dan komunitas juga memiliki peran penting dalam proses penyembuhan bagi individu yang berduka. Penelitian menunjukkan bahwa dukungan dari komunitas, teman dekat, dan keluarga dapat memberikan sarana bagi individu untuk merasa didukung dan dipahami dalam perjalanan duka mereka. Keterhubungan dengan orang-orang yang berbagi pengalaman serupa dapat membantu menciptakan lingkungan yang memungkinkan individu untuk berbagi cerita, mengenang, dan merayakan hidup orang yang telah meninggal, sehingga mengurangi rasa terasing yang sering dialami. Penciptaan ruang aman untuk berbagi pengalaman duka menjadi vital, karena ini memberi ruang bagi individu untuk merasakan kesedihan mereka dengan lebih bebas dan tanpa rasa malu.

    Dalam konteks komunikasi yang optimal, komunitas dapat menyediakan forum bagi individu untuk berbagi dan saling mendukung. Hal ini juga berkontribusi pada pengembangan lingkungan yang "literasi duka", di mana dukungan untuk duka menjadi praktis dan dapat diakses bagi semua orang dalam konteks sosial, sangat penting di era yang rentan terhadap isolasi sosial seperti pasca-pandemi. Dengan membangun komunitas yang mendukung dan pemahaman yang mendalam tentang duka, individu akan lebih punya kesempatan untuk terhubung secara emosional dan menemukan jalan penyembuhan dalam proses duka mereka.

  • Refleksi Pribadi dan Pembelajaran dari Kehilangan
    Duka, meskipun menyakitkan, dapat berfungsi sebagai katalis untuk memperkuat ketahanan emosional individu. Proses berduka sering kali menuntut individu untuk menghadapi dan mengatasi emosi yang sulit, yang dapat membawa mereka pada pengembangan keterampilan coping yang lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang menghadapi kehilangan cenderung mengadopsi strategi coping yang aktif dan berfokus pada masalah, serta mengalami simptom duka yang berkepanjangan dan pertumbuhan pascatrauma di dalam kelompok mereka. Ketahanan yang terbentuk selama fase berduka ini tidak hanya membantu untuk bertahan dalam masa sulit, tetapi juga memberikan landasan yang kuat untuk pertumbuhan pribadi di masa depan. Individu yang mengembangkan ketahanan emosional cenderung menemukan cara untuk memaknai kehilangan mereka dengan lebih mendalam, membantu mereka keluar dari pengalaman berduka dengan kekuatan baru dan wawasan yang lebih dalam tentang hidup, seperti yang ditemukan dalam penelitian oleh Raguindin.

    Dalam refleksi yang lebih luas, duka juga memberikan kesempatan untuk introspeksi dan menemukan makna baru dalam kehidupan. Pengalaman kehilangan bisa menjadi pendorong bagi individu untuk menjelajahi nilai-nilai dan tujuan hidup mereka, serta menjalin kembali hubungan dengan diri mereka sendiri dan orang lain. Penelitian oleh Snaman et al. menunjukkan bahwa orang yang mampu menemukan makna dalam kehilangan cenderung melaporkan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dan pertumbuhan emosional yang signifikan. Mengubah pengalaman kehilangan menjadi kekuatan tidak hanya membantu dalam proses penyembuhan, tetapi juga membuka jalan menuju pertumbuhan yang lebih dalam dan transformasi pribadi, memungkinkan individu untuk memanfaatkan pengalaman berduka mereka dalam cara yang positif dan produktif. Dalam hal ini, komunitas dan koneksi sosial dapat memainkan peran penting, menyediakan dukungan dan ruang bagi individu untuk berbagi refleksi mereka.

 Duka adalah bahwa proses berduka merupakan perjalanan individu yang kompleks dan unik, di mana empati, koneksi sosial, dan ruang untuk berefleksi sangat penting dalam mendukung penyintas duka. Duka tidak hanya merupakan pengalaman yang penuh kesedihan, tetapi juga sebuah peluang untuk memperkuat ketahanan emosional dan menemukan makna baru dalam hidup. Dengan memahami bahwa setiap individu berduka dengan cara yang berbeda, serta memberikan dukungan yang peka dan memahami dinamika sosial di sekitarnya, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan empatik. Melalui dukungan komunitas dan kesempatan untuk berbagi pengalaman, duka dapat diubah menjadi kekuatan yang mendukung pertumbuhan spiritual dan emosional, sekaligus membantu individu menjalani proses penyembuhan yang lebih holistik dan penuh arti.

Referensi :
Black, B. (2020). Stillbirth at Term: Grief Theories for Care of Bereaved Women and Families in Intrapartum Settings. Journal of Midwifery & Women S Health, 65(3), 316–322. https://doi.org/10.1111/jmwh.13108
Burkhart, L., Kale, I., & LaVela, S. L. (2020). Grief and Loss Among Veterans With Spinal Cord Injury: A Qualitative Study. Rehabilitation Nursing, 46(5), 270–278. https://doi.org/10.1097/rnj.0000000000000303
Fang, C. (2020). Understanding Death and Grief in the Context of Pandemics — Challenges and Support in Response to COVID-19. Inter, 12(4), 46–52. https://doi.org/10.19181/inter.2020.12.4.4
Hill, E. M., & O’Brien, K. M. (2023). Forever Changed: Predicting Grief and Growth After an Opioid-Related Loss. The Counseling Psychologist, 52(2), 193–223. https://doi.org/10.1177/00110000231206849
Marín-Cortés, A., Acosta, S., Gómez, F., García, A., & Quintero, S. (2023). Identification and Validation of Grief in Facebook Groups on Mourning. Cyberpsychology Journal of Psychosocial Research on Cyberspace, 17(1). https://doi.org/10.5817/cp2023-1-4
Obst, K., Oxlad, M., Due, C., & Middleton, P. (2021). Factors Contributing to Men’s Grief Following Pregnancy Loss and Neonatal Death: Further Development of an Emerging Model in an Australian Sample. https://doi.org/10.21203/rs.3.rs-63480/v3
Raguindin, P. F. (2025). Resilience Among Parents Whose Child Died of Cancer–Investigating Its Role on Psychological Distress and Prolonged Grief Disorder: Results From a Cross-Sectional Survey in Switzerland. https://doi.org/10.21203/rs.3.rs-6311953/v1
Rodríguez-Álvaro, M., Brito, P. R. B., Hernández, A. M. G., Galdona-Luis, I., & Rodríguez-Suárez, C. A. (2024). Nursing Interventions in Primary Care for the Management of Maladaptive Grief: A Scoping Review. Nursing Reports, 14(3), 2398–2414. https://doi.org/10.3390/nursrep14030178
Shi, H., Shan, B., Zheng, J., Zhang, Y., Zhang, J., & Hu, X. (2022). Grief as a Mediator of the Relationship Between Empathy and Compassion Fatigue. Psycho-Oncology, 31(5), 840–847. https://doi.org/10.1002/pon.5875
Snaman, J. M., Mazzola, E., Helton, G., Feifer, D., Morris, S., Clark, L., Baker, J. N., & Wolfe, J. (2023). Early Bereavement Psychosocial Outcomes in Parents of Children Who Died of Cancer With a Focus on Social Functioning. Jco Oncology Practice, 19(4), e527–e541. https://doi.org/10.1200/op.22.00538
Yoshiike, T., Benedetti, F., Moriguchi, Y., Vai, B., Aggio, V., Asano, K., Ito, M., Ikeda, H., Ohmura, H., Honma, M., Yamada, N., Kim, Y., Nakajima, S., & Kuriyama, K. (2023). Exploring the Role of Empathy in Prolonged Grief Reactions to Bereavement. Scientific Reports, 13(1). https://doi.org/10.1038/s41598-023-34755-y
Zamir, A., & Band-Winterstein, T. (2022). “I Do Not Think She Will Understand, This Is Not a Situation for a Girl Like Her:” Disenfranchised Grief Among Adults With Intellectual and Developmental Disabilities in the Ultra-Orthodox Jewish Society. Omega – Journal of Death and Dying, 91(2), 728–746. https://doi.org/10.1177/00302228221141941

Penulis : Erna Susilowati
Editor : Ajeng Diah Hartawati M.Psi, Psikolog