Mengenal Learning Pyramid

Dalam era informasi yang cepat seperti sekarang, efisiensi dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting. Hal ini disebabkan oleh tingginya volume informasi yang tersedia dan keterbatasan waktu yang dimiliki pelajar untuk menyerap dan memahami informasi tersebut. Berbagai pendekatan telah diusulkan untuk meningkatkan retensi belajar di kalangan siswa, salah satunya adalah Learning Pyramid. Konsep ini menunjukkan bahwa berbeda dari metode tradisional, retensi belajar dapat ditingkatkan secara signifikan bila siswa terlibat dalam metode pembelajaran yang lebih aktif, seperti diskusi kelompok, pengalaman langsung, serta pengajaran kepada orang lain. Penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis penemuan dalam platform digital, seperti Google Classroom, juga dapat meningkatkan hasil belajar dan membuat proses menjadi lebih efisien.
Learning Pyramid menyoroti struktur hierarkis dalam cara peserta didik menyimpan informasi semakin aktif siswa terlibat dalam proses belajar, semakin tinggi tingkat retensi informasi. Lebih lanjut, penelitian telah menunjukkan bahwa gaya belajar individu juga mempengaruhi tingkat retensi informasi, yang menegaskan perlunya pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik siswa. Meski demikian, ada variasi dalam hasil belajar yang tergantung pada konteks dan individu. Di dalam pendidikan, pengintegrasian teknologi dan platform baru seperti hologram bisa meningkatkan pengalaman belajar, meskipun penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam akuisisi pengetahuan dibandingkan dengan metode konvensional. Oleh karena itu, memadukan Learning Pyramid dengan pendekatan yang berbasis pada teknologi dan pemahaman gaya belajar dapat menjadi strategi yang efektif untuk memaksimalkan efisiensi pembelajaran di era modern ini.
- Memahami Learning Pyramid
Learning Pyramid, atau Piramida Pembelajaran, adalah sebuah model konseptual yang memperlihatkan efektivitas berbagai metode pembelajaran berdasarkan tingkat retensi informasi. Model ini umum dikenal, meskipun tidak dapat dipastikan secara akurat bahwa itu diperkenalkan oleh National Training Laboratories (NTL) pada tahun 1960-an, karena informasi tersebut sering kali bercampur dengan asumsi populer dan bukti ilmiah yang terbatas. Dalam struktur piramida ini, metode pembelajaran yang lebih aktif, seperti pengajaran rekan sebaya atau diskusi kelompok, telah diakui dalam penelitian sebagai memiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi dalam membantu siswa mengingat informasi dibandingkan dengan metode yang lebih pasif, seperti ceramah atau pembacaan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dari model pembelajaran kolaboratif, pendidik dapat merancang pengalaman belajar yang lebih interaktif dan kolaboratif, memungkinkan siswa untuk terlibat secara lebih aktif dalam proses pembelajaran.
- Strategi Belajar Efektif Berdasarkan Learning Pyramid
- Mengajar Orang Lain (Retensi 90%)
Salah satu metode paling efektif yang diidentifikasi dalam Learning Pyramid adalah mengajar orang lain, yang dapat meningkatkan tingkat retensi informasi hingga 90%. Dengan menjelaskan materi kepada orang lain, individu terdorong untuk benar-benar memahami konsep yang mereka ajarkan agar dapat menyampaikannya dengan cara yang jelas dan logis. Ini melibatkan pemikiran kritis dan mendalam terhadap topik, sehingga memperkuat pemahaman pribadi. Contoh penerapan strategi ini dapat terlihat melalui kegiatan seperti mengadakan sesi belajar kelompok di mana seseorang berperan sebagai tutor, atau membuat konten pendidikan di media sosial dan blog pribadi. Selain itu, merekam video penjelasan tentang topik tertentu juga merupakan metode yang efektif, karena tidak hanya memungkinkan instruktur untuk mengorganisir informasi tetapi juga membantu audiens dalam memahami konsep tersebut dengan cara yang inovatif dan menyenangkan.
- Mengajar Orang Lain (Retensi 90%)
-
- Menerapkan Langsung / Praktik (Retensi 75%)
Praktik langsung juga merupakan strategi yang sangat berharga dalam proses belajar, dengan kemampuan untuk meningkatkan retensi informasi hingga 75%. Pembelajaran yang sukses sangat tergantung pada kemampuan untuk menerapkan konsep dalam situasi nyata. Ketika konsep yang dipelajari diterapkan secara langsung, hal tersebut memfasilitasi pemahaman yang lebih mendalam dan menguatkan ingatan terhadap informasi tersebut. Dalam konteks pendidikan, contoh penerapan strategi ini dapat mencakup mahasiswa hukum yang melakukan simulasi persidangan, mahasiswa teknik yang merakit prototipe alat berdasarkan teori yang dipelajari, atau pengusaha pemula yang menyusun rencana bisnis berdasarkan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Interaksi praktis ini mendukung penyerapan pengetahuan dalam bentuk pengalaman nyata, sehingga meningkatkan level kompetensi dan kepercayaan diri siswa.
- Menerapkan Langsung / Praktik (Retensi 75%)
-
- Diskusi Kelompok (Retensi 50%)
Diskusi kelompok adalah metode yang dapat meningkatkan retensi informasi hingga 50%, berperan sebagai medium efektif untuk menguji pemahaman dan memperluas sudut pandang. Diskusi antar peserta didik memberi kesempatan untuk saling bertukar pandangan, yang membantu membangun hubungan antar konsep yang telah dipelajari. Dalam praktiknya, diskusi yang efektif harus melibatkan penggunaan pertanyaan terbuka untuk mendorong refleksi dan pemikiran kritis di antara anggota kelompok. Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung di mana semua peserta merasa aman untuk berbagi pemikiran dan pertanyaan, serta mendorong partisipasi aktif dari semua anggota kelompok. Dengan menciptakan suasana yang bebas dari penghakiman, anggota kelompok lebih mungkin untuk terlibat dan berkontribusi terhadap diskusi, yang pada gilirannya memfasilitasi pembelajaran yang lebih dalam dan komprehensif.
- Diskusi Kelompok (Retensi 50%)
-
- Demonstrasi (Retensi 30%)
Demonstrasi adalah metode pembelajaran yang dapat meningkatkan retensi informasi. Observasi terhadap tindakan orang lain dapat memberikan pemahaman yang lebih baik daripada sekadar membaca atau mendengar informasi tersebut. Ketika siswa menyaksikan demonstrasi yang dilakukan dengan benar, mereka dapat mengaitkan tindakan tersebut dengan konsep yang sedang dipelajari, sehingga memudahkan proses internalisasi informasi. Contoh penerapan strategi ini dapat meliputi menonton video praktikum atau eksperimen ilmiah yang menunjukkan prinsip-prinsip yang diajarkan, serta menyaksikan demonstrasi langsung oleh instruktur atau mentor yang ahli di bidangnya. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini dapat memperkuat proses pembelajaran secara keseluruhan melalui pengolahan informasi yang lebih dalam.
- Demonstrasi (Retensi 30%)
-
- Melihat (Audiovisual) – 20%
Pembelajaran melalui cara audiovisual menunjukkan bahwa materi yang disampaikan melalui visual seperti gambar, grafik, animasi, atau video memiliki daya tarik yang signifikan. Ini dapat membantu otak siswa dalam mengaitkan konsep-konsep yang dipelajari dengan pengalaman sensorik mereka. Strategi belajar ini dapat diterapkan dengan menggunakan video pembelajaran interaktif, menonton dokumenter atau animasi edukatif yang relevan, serta memanfaatkan infografis atau peta konsep yang mempermudah pemahaman dan pengingat akan informasi tersebut. Dalam studi yang dilakukan oleh Panadero et al., ditekankan bahwa penggunaan alat bantu visual dalam pembelajaran dapat memperkuat proses pengolahan informasi dan mendukung pengaturan belajar diri siswa.
- Melihat (Audiovisual) – 20%
-
- Membaca (Retensi 10%) dan Mendengar Ceramah (5%)
Meskipun berada di dasar piramida, membaca dan mendengar ceramah tetap memegang peranan penting dalam pendidikan sebagai langkah awal untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam. Kedua metode ini dapat meningkatkan retensi informasi namun sering kali harus dipadukan dengan metode aktif lainnya untuk meningkatkan efektivitas belajar. Teknik membaca aktif, seperti membuat catatan, merangkum, atau menyusun pertanyaan, sangat dianjurkan untuk mendorong keterlibatan yang lebih dalam dengan materi. Demikian pula, saat mendengarkan ceramah, mencatat poin-poin penting dapat membantu memperkuat ingatan, diikuti dengan refleksi melalui diskusi atau praktik. Pendekatan ini, sebagaimana dijelaskan dalam penelitian oleh Sudsom dan Phongsatha, menunjukkan bahwa kombinasi berbagai strategi pembelajaran, termasuk gamifikasi, dapat meningkatkan motivasi belajar dan retensi informasi secara keseluruhan.
- Membaca (Retensi 10%) dan Mendengar Ceramah (5%)
Penerapan konsep Learning Pyramid menawarkan pendekatan yang inovatif dan efektif dalam meningkatkan proses pembelajaran di berbagai aspek kehidupan, baik dalam pendidikan formal, dunia kerja, maupun kehidupan sehari-hari. Dengan mendorong metode pembelajaran aktif seperti mengajar orang lain, praktik langsung, dan diskusi kelompok, individu dapat meningkatkan retensi informasi dan memahami konsep dengan lebih baik. Hal ini penting untuk menghasilkan pendidikan yang lebih bermakna dan relevan, di mana siswa dan karyawan tidak hanya mengandalkan metode pasif seperti membaca atau mendengarkan ceramah. Dengan demikian, Integrasi Learning Pyramid ke dalam berbagai konteks pembelajaran dapat menghasilkan pengalaman belajar yang lebih mendalam, kolaboratif, dan aplikatif, berkontribusi pada perkembangan kemampuan individu yang lebih baik di masa depan.
Referensi :
Amarasinghe, I., Hernández-Leo, D., Theophilou, E., Sánchez-Reina, J. R., & Lobo-Quintero, R. (2021). Learning Gains in Pyramid Computer-Supported Collaboration Scripts: Factors and Implications for Design. 35–50. https://doi.org/10.1007/978-3-030-85071-5_3
Bada, A. A., & Jita, L. C. (2023). Effect of Brain-Based Teaching Strategy on Students’ Retention and Self-Efficacy in Heat Energy. Journal of Technology and Science Education, 13(1), 276. https://doi.org/10.3926/jotse.1629
Fokides, E., & Bampoukli, I.-A. (2022). Are Hologram-Like Pyramid Projections of an Educational Value? Results of a Project in Primary School Settings. Journal of Computers in Education, 11(1), 215–235. https://doi.org/10.1007/s40692-022-00255-7
Liu, K., & Lahoz, E. A. (2024). Impact of Learning Styles on Students’ Retention of Information. International Journal of Education and Humanities, 17(1), 207–212. https://doi.org/10.54097/0qpvve72
Panadero, E., Alonso-Tapia, J., García-Pérez, D., Fraile, J., Galán, J. M. S., & Pardo, R. (2021). Deep Learning Self-Regulation Strategies: Validation of a Situational Model and Its Questionnaire. Revista De Psicodidáctica (English Ed ), 26(1), 10–19. https://doi.org/10.1016/j.psicoe.2020.11.003
Sudsom, U., & Phongsatha, T. (2024). The Comparative Analysis of Forgetting and Retention Strategies in Gamification-Based Assessment and Formative-Based Assessment: Their Impact on Motivation for Learning. Ijsasr, 4(1), 273–286. https://doi.org/10.60027/ijsasr.2024.3690
Suswanto, H., Soraya, D. U., Ramadiani, N. R., & Utomo, W. M. (2022). The Effectiveness of Google Classroom and Dojo Class Using the Discovery Learning Model on the Learning Outcomes of Vocational School Students. Letters in Information Technology Education (Lite), 5(2), 62. https://doi.org/10.17977/um010v5i22022p62-66
Usman, A., Susilo, H., Suwono, H., & Corebima, A. D. (2021). The Contributions of Metacognitive Skills Towards the Retention of Different Academic Ability Students for the Implementation of Several Learning Models. International Journal of Education and Practice, 9(3), 550–567. https://doi.org/10.18488/journal.61.2021.93.550.567
Penulis : Ajeng Diah Hartawati M.Psi, Psikolog