Kebiasaan Kerja yang Sering Diremehkan Padahal Bisa Membuatmu Bersinar

Dunia kerja saat ini mengalami perubahan signifikan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, gelombang globalisasi, dan dinamika struktur organisasi. Peralihan teknologi di tempat kerja terutama pergeseran dari lini produksi berkecepatan rendah ke sistem berkecepatan tinggi dan integrasi peralatan TIK telah mengubah profil keterampilan yang dibutuhkan karyawan, sehingga menuntut adaptasi cepat terhadap teknologi baru untuk menjaga daya saing. Di samping itu, globalisasi memaksa organisasi untuk menerapkan struktur yang lebih luwes dan kolaboratif, menyebabkan pergeseran paradigma kepemimpinan tradisional yang bersifat hirarkis menjadi model kepemimpinan kolaboratif. Paradigma baru ini menekankan interaksi antardivisi, pengambilan keputusan bersama, serta inovasi berkelanjutan demi mencapai efektivitas dan keunggulan kompetitif.

Fokus tradisional yang mengutamakan hard skills kemampuan teknis atau fungsi spesifik kini bergeser ke pentingnya soft skills dan meta-skills untuk menunjang produktivitas dan kualitas kerja. Berbagai survei menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, dan bekerja dalam tim semakin diprioritaskan oleh perusahaan; partisipasi dalam tim menempati peringkat ketiga keterampilan terpenting menurut para pemberi kerja, karena hal ini meningkatkan semangat kerja dan rasa memiliki dalam kelompok. Selain itu, soft skills seperti kepemimpinan adaptif, kreativitas, dan manajemen waktu terbukti krusial dalam mengelola kolaborasi tim, memfasilitasi pengambilan keputusan, serta mendorong produktivitas organisasi, meski seringkali belum diajarkan secara formal di institusi pendidikan, berikut ini adalah keterampilan-keterampilan yang sering diremehkan.

  • Kemampuan Meminta Bantuan
    Kemampuan meminta bantuan mencerminkan kecerdasan emosional dan kerendahan hati, serta membantu mencegah kesalahan fatal akibat ketidaktahuan dengan meningkatkan kesadaran diri dan manajemen tugas. Teknik perubahan perilaku yang dapat dilakukan sendiri (self-enactable behavior change techniques) mencakup strategi meminta dukungan sosial atau bantuan saat menghadapi hambatan, yang terbukti efektif dalam mempertahankan motivasi dan kinerja.
  • Mengatakan “Tidak”
    Mengatakan “tidak” dengan tepat menunjukkan keterampilan menetapkan batasan (boundary setting) dan prioritisasi tugas, yang esensial untuk mencegah kelelahan kerja (burnout) serta overcommitment. Teknik self-management seperti perencanaan tugas dan evaluasi ulang komitmen mendorong individu untuk memilah tugas yang mendesak dan penting, sehingga keberanian berkata “tidak” dapat dipraktikkan secara sistematis untuk menjaga keseimbangan beban kerja.
  • Bersikap Proaktif
    Bersikap proaktif tidak hanya berarti menyelesaikan tugas yang diberikan, melainkan juga mengantisipasi masalah dan merancang solusi sebelum permasalahan muncul. Karakteristik kepribadian proaktif didefinisikan sebagai kecenderungan disposisional untuk mengambil inisiatif dalam memengaruhi lingkungan kerja. Penelitian menunjukkan bahwa kepribadian proaktif berkorelasi positif dengan kinerja tugas dan perilaku kewarganegaraan organisasi (OCB), yang pada gilirannya meningkatkan performa keseluruhan. Oleh karena itu, pengembangan dan penerapan perilaku proaktif sangat terkait dengan kepemimpinan inisiatif tinggi dan peningkatan kontribusi individu dalam organisasi.
  • Disiplin Diri
    Disiplin diri adalah kemampuan mengatur waktu, tugas, dan perilaku diri secara konsisten, yang menjadi dasar integritas kerja dan kepercayaan atasan. Pelatihan self-management terbukti efektif dalam meningkatkan disiplin diri melalui pembentukan rutinitas dan teknik self-monitoring yang sistematis. Fokus pada penerapan teknik perubahan perilaku seperti penetapan sasaran harian, catatan kemajuan, dan evaluasi diri memperkuat konsistensi tindakan serta mendukung manajemen waktu secara efektif.
  • Empati
    Empati merupakan pilar utama kecerdasan emosional yang memungkinkan individu memahami dan merespons emosi orang lain, sehingga memfasilitasi komunikasi yang efektif dan kepemimpinan inklusif. Dalam konteks kepemimpinan, praktik individualized consideration yang meliputi memperlakukan setiap anggota tim sebagai individu unik dan menghargai perspektif mereka mendorong peningkatan rasa dihargai dan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan.
  • Mengakui Kesalahan
    Mengakui kesalahan menunjukkan integritas dan kedewasaan profesional, serta membuka peluang untuk perbaikan berkelanjutan. Dalam budaya yang menerapkan psychological safety, individu merasa aman untuk mengungkapkan kegagalan atau kekhilafan tanpa khawatir akan sanksi, yang pada gilirannya meningkatkan motivasi untuk belajar dari kesalahan dan memperkuat kepercayaan antar rekan kerja. Praktik pengakuan kesalahan ini tidak hanya memperbaiki proses kerja melalui feedback konstruktif, tetapi juga memupuk kepercayaan tim dan rasa tanggung jawab kolektif.
  • Mencari Tantangan Baru
    Karyawan yang aktif mencari tantangan baru secara konsisten menumbuhkan growth mindset, yakni keyakinan bahwa kemampuan dapat dikembangkan melalui usaha dan pembelajaran berkelanjutan. Penelitian menunjukkan bahwa intervensi untuk menumbuhkan growth mindset seperti pelatihan mindset dan strengths-based leadership berdampak positif pada perilaku inovatif karyawan, sehingga menghindarkan stagnasi dan mendorong respons adaptif dalam lingkungan kerja yang dinamis dan kompetitif.
  • Mengendalikan Emosi
    Kemampuan mengendalikan emosi (self-regulation) adalah komponen kunci emotional intelligence yang membantu individu mengelola stres dan menyelesaikan konflik secara konstruktif. Pengendalian emosi mendukung praktik resilience salah satu prinsip utama high reliability organizations dengan menjaga kestabilan mental dan fokus kerja dalam situasi tekanan tinggi, sekaligus meminimalkan eskalasi konflik interpersonal.
  • Kemampuan Bertanya
    Kemampuan bertanya mencerminkan keingintahuan, ketelitian, dan pemikiran kritis, yang semuanya sangat penting dalam lingkungan kerja yang dinamis. Dengan mengajukan pertanyaan yang tepat, individu dapat menghindari kesalahpahaman dan meningkatkan pemahaman tugas yang diberikan. Penelitian menunjukkan bahwa pemimpin yang mempromosikan budaya bertanya (questioning culture) dalam tim mereka menginspirasi inovasi dan pemecahan masalah yang efektif, menguatkan pentingnya keterampilan ini dalam konteks profesional.
  • Berani Berbicara
    Berani berbicara adalah aspek penting dari komunikasi asertif, yang memungkinkan individu untuk menyampaikan pendapat dan ide secara jelas dan percaya diri. Kemampuan ini sangat diperlukan dalam rapat, kolaborasi, dan proses pengambilan keputusan, di mana partisipasi aktif diperlukan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa komunikasi terbuka dan asertif berkontribusi pada budaya kerja yang positif, meningkatkan keterlibatan tim serta mendorong inovasi dan kepercayaan di antara anggota. Ketika karyawan merasa didukung untuk berbicara, mereka lebih cenderung untuk berbagi ide-ide kreatif dan berkontribusi pada tujuan organisasi.
  • Memberikan Umpan Balik Konstruktif
    Memberikan umpan balik konstruktif adalah langkah kunci dalam pengembangan rekan kerja dan tim. Umpan balik yang disampaikan dengan empati dan yang fokus pada solusi dapat meningkatkan kinerja dan meminimalkan resistensi terhadap kritik. Dalam konteks kerja, umpan balik yang bersifat mendukung mengarah pada peningkatan motivasi dan kepuasan kerja, serta menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa dihargai dan berdaya. Maka, keterampilan umpan balik yang baik sangat penting untuk menjaga dinamika tim yang positif.
  • Manajemen Waktu
    Manajemen waktu merupakan keterampilan yang fundamental untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Kemampuan untuk mengatur prioritas, jadwal, dan tenggat waktu membantu individu dalam mengelola tanggung jawab mereka secara efektif. Penelitian menyebutkan bahwa intervensi terkait manajemen waktu dapat meningkatkan keterampilan produktivitas karyawan dan membantu mereka mencapai tujuan dengan lebih efektif. Menerapkan teknik-teknik ini membantu individu untuk tetap fokus, menghindari penundaan, dan meningkatkan hasil kerja secara keseluruhan.

Keterampilan-keterampilan yang sering diremehkan di tempat kerja menunjukkan bahwa meskipun sering dianggap sepele, keterampilan seperti kemampuan bertanya, berani berbicara, memberi umpan balik konstruktif, dan manajemen waktu memiliki dampak signifikan terhadap kinerja individu dan tim. Keterampilan ini bukan hanya meningkatkan kolaborasi dan komunikasi di antara anggota tim, tetapi juga mendukung pembentukan budaya kerja yang inklusif dan produktif. Dengan memupuk keterampilan ini, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang mendorong inovasi, pertumbuhan, dan kepercayaan, serta mengurangi konflik interpersonal dan meningkatkan kepuasan kerja. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu dan organisasi untuk terus mengembangkan dan menghargai keterampilan ini dalam upaya mencapai tujuan bersama dan keberhasilan yang berkelanjutan.

Referensi :
Adeniyi, I. S., & Omolawal, S. A. (2024). Influence of Workplace Technology on Job Skill in Selected Food and Beverage Firms in Lagos, Nigeria. Journal of Applied and Theoretical Social Sciences, 6(1), 1–26. https://doi.org/10.37241/jatss.2024.101
BOZDOGAN, S. C. (2021). The Mediating Role of Organizational Citizenship Behavior and Voice Behavior in the Relationship Between Proactive Personality and Job Performance. Alanya Akademik Bakis, 5(2), 1069–1085. https://doi.org/10.29023/alanyaakademik.825464
Brimhall, K. C., & Palinkas, L. A. (2020). Using Mixed Methods to Uncover Inclusive Leader Behaviors: A Promising Approach for Improving Employee and Organizational Outcomes. Journal of Leadership & Organizational Studies, 27(4), 357–375. https://doi.org/10.1177/1548051820936286
Cartland, J., Green, M., Kamm, D., Halfer, D., Brisk, M. A., & Wheeler, D. S. (2022). Measuring Psychological Safety and Local Learning to Enable High Reliability Organisational Change. BMJ Open Quality, 11(4), e001757. https://doi.org/10.1136/bmjoq-2021-001757
Edmonds, D., Zayts-Spence, O., Fortune, Z., & Fung, J. S. Y. (2023). Graduates’ Perceptions and Employers’ Expectations: Essential Skills in Hong Kong Workplaces During the COVID-19 Pandemic and Beyond. Industry and Higher Education, 38(4), 385–395. https://doi.org/10.1177/09504222231224087
Hankonen, N. (2020). Participants’ Enactment of Behavior Change Techniques: A Call for Increased Focus on What People Do to Manage Their Motivation and Behavior. Health Psychology Review, 15(2), 185–194. https://doi.org/10.1080/17437199.2020.1814836
Kinnear, B., & O’Toole, J. K. (2023). It’s Time to Rethink Time (Management). Canadian Medical Education Journal. https://doi.org/10.36834/cmej.78024
Liu, Q., & Tong, Y. (2022). Employee Growth Mindset and Innovative Behavior: The Roles of Employee Strengths Use and Strengths-Based Leadership. Frontiers in Psychology, 13. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2022.814154
Ngo, T. T. A. (2024). The Importance of Soft Skills for Academic Performance and Career Development—From the Perspective of University Students. International Journal of Engineering Pedagogy (Ijep), 14(3), 53–68. https://doi.org/10.3991/ijep.v14i3.45425
Stewart, K. R., & Preiksaitis, M. K. (2023). Information Technology Soft Skills Training. Cjar, 01(01), 1–10. https://doi.org/10.58593/cjar.v1i1.13
Taylor, A. (2025, January 2). 12 most underrated work skills. | Alex Taylor [Online forum post]. https://www.linkedin.com/posts/alex-taylor-marketer_12-most-underrated-work-skills-activity-7280453864691019776-1OJ5/?utm_source=combined_share_message&utm_medium=member_desktop_web
Umam, M., Saadah, & Noor, R. N. (2024). The Effectiveness of Self-Management Training to Improve the Discipline of Students During Post Covid-19 Pandemic. Nusantara. J. Behav. And. Soc. Sci, 3(3), 119–124. https://doi.org/10.47679/njbss.202459
Zhang, Z., Han, F., Luan, Y., Chen, Q., & Peng, J. (2022). A Meta-Analysis of Proactive Personality and Career Success: The Mediating Effects of Task Performance and Organizational Citizenship Behavior. Frontiers in Psychology, 13. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2022.979412

Penulis : Erna Susilowati
Editor : Ajeng Diah Hartawati M.Psi, Psikolog