7 Kebiasaan yang Membuat Tampak Tidak Profesional

Dalam dunia profesional, kehadiran bukan hanya tentang fisik tetapi juga menyangkut cara kita menampilkan diri secara keseluruhan. Profesionalisme mencakup sikap, perilaku, dan cara kita berkomunikasi yang dapat memengaruhi persepsi orang lain terkait kredibilitas dan reputasi kita. Kebiasaan-kebiasaan kecil yang kurang disikapi, seperti penampilan yang tidak rapi, bahasa tubuh yang kurang tepat, dan pola komunikasi yang tidak konsisten, dapat berdampak negatif secara diam-diam terhadap citra profesional seseorang. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa detail-detail kecil dalam sikap dan perilaku sehari-hari memiliki peran signifikan dalam membangun reputasi, serta membantu menjaga kepercayaan dan kredibilitas di lingkungan kerja.
Selain itu, mengelola reputasi profesional memerlukan upaya strategis yang melibatkan perhatian tidak hanya pada tindakan besar, tetapi juga pada kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang mungkin tampak sepele. Strategi komunikasi yang konsisten dan autentik dapat memperkuat citra positif seseorang, sehingga khalayak dapat menilai profesionalisme dengan lebih holistik. Secara bersamaan, penerapan teknik-teknik pengelolaan reputasi dalam ranah public relations menegaskan pentingnya keselarasan antara identitas, citra, dan karakter sebagai fondasi utama untuk menjaga persepsi positif. Dengan demikian, keberhasilan menciptakan kesan profesional tidak hanya ditentukan oleh kehadiran fisik semata, tetapi juga oleh bagaimana kita berinteraksi dan memproyeksikan diri dalam konteks sosial dan profesional secara menyeluruh.
Berikut merupakan tujuh kebiasaan yang membuat anda terlihat tidak profesional, dan cara mengatasinya
- Tidak Memeriksa Ulang Email atau Dokumen
Kebiasaan yang pertama menonjol dalam menunjukkan ketidakprofesionalan adalah tidak memeriksa ulang email atau dokumen sebelum pengiriman. Kesalahan ketik dan tata bahasa yang buruk tidak hanya mengganggu pemahaman pesan, tetapi juga memperlihatkan ketidaktelitian serta kurangnya perhatian terhadap detail yang sangat penting dalam komunikasi profesional. Penelitian mengenai tantangan bahasa di era digital menunjukkan bahwa kesalahan berbahasa dapat mengurangi kepercayaan penerima pesan, dan kesalahan afiksasi di media sosial juga menggarisbawahi pentingnya ketepatan bahasa untuk menjaga kredibilitas dan profesionalisme.
- Menyela Orang Lain dalam Rapat
Kebiasaan kedua adalah menyela orang lain saat rapat. Menyela atau memotong pembicaraan tidak hanya dianggap sebagai perilaku yang tidak sopan, tetapi juga mengganggu alur komunikasi yang sehat di lingkungan kerja. Hal ini dapat berdampak pada kelelahan emosional dan kepuasan kerja secara menyeluruh, sebagaimana dibahas dalam penelitian mengenai ketidaksantunan di tempat kerja yang menunjukkan bahwa perilaku tidak sopan di tempat kerja mempengaruhi kesejahteraan serta interaksi antar rekan kerja. Solusi konkret yang disarankan adalah menunggu hingga orang lain selesai berbicara sebelum merespons, yang tidak hanya mencerminkan rasa hormat tetapi juga meningkatkan kualitas komunikasi dan kolaborasi tim.
- Sering Terlambat
Kebiasaan ketiga adalah sering terlambat. Keterlambatan menunjukkan adanya masalah dalam manajemen waktu dan disiplin individu, yang berdampak negatif terhadap persepsi kehandalan seseorang dalam konteks profesional. Penelitian di bidang konstruksi telah menyoroti bahwa ketepatan waktu adalah indikator penting dari etika kerja dan profesionalisme; ketidakmampuan mengelola waktu dengan baik dapat merusak reputasi dan kepercayaan yang telah dibangun. Solusi yang dapat diterapkan adalah merencanakan untuk tiba 10 menit lebih awal sebagai langkah preventif untuk menghindari keterlambatan.
- Melewatkan Tenggat Waktu Tanpa Memberikan Pembaruan
Kebiasaan keempat yang dapat merusak reputasi profesional adalah melewatkan tenggat waktu tanpa memberikan pembaruan kepada atasan atau rekan kerja. Ketidakteraturan dalam penyampaian informasi mengenai keterlambatan tidak hanya menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian, tetapi juga mengikis kepercayaan dalam tim atau organisasi. Keterlambatan tanpa komunikasi jelas telah diidentifikasi sebagai masalah signifikan dalam studi mengenai manajemen waktu dan etika kerja, di mana pemberian informasi atau pembaruan sangat krusial untuk menjaga transparansi dan tanggung jawab profesional. Dengan demikian, memberikan update terkait keterlambatan serta menawarkan jadwal baru merupakan langkah strategis dalam memperbaiki reputasi dan membangun kepercayaan kembali.
- Berbagi Masalah Pribadi Secara Berlebihan di Tempat Kerja
Berbagi masalah pribadi secara berlebihan di tempat kerja tidak hanya menciptakan suasana yang tidak nyaman bagi rekan kerja, tetapi juga mengaburkan batas antara kehidupan pribadi dan profesional. Ketika individu terlalu terbuka mengenai permasalahan pribadi, hal ini dapat mengganggu dinamika tim serta mengurangi kepercayaan rekan kerja dalam menjaga kerahasiaan informasi sensitif. Studi menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang mendukung pemberdayaan struktural dan memiliki batasan yang jelas antara urusan pribadi dan pekerjaan dapat meningkatkan profesionalisme, sehingga menurunkan kemungkinan timbulnya konflik interpersonal.
- Menggunakan Nada Defensif dalam Email
Dalam konteks komunikasi elektronik, penggunaan nada defensif dalam email dapat menimbulkan ketegangan dan kesalahpahaman antar rekan kerja. Nada defensif sering kali mencerminkan adanya perasaan tertekan dan ketidakmampuan untuk mengelola emosi, sehingga respons yang dikirimkan kurang konstruktif dan berpotensi memicu eskalasi konflik. Hasil kajian mengenai strategi koping pada profesional kesehatan primer menunjukkan bahwa respon emosional yang tidak terkelola dengan baik dapat mengganggu komunikasi yang sehat. Dengan demikian, solusi yang dianjurkan adalah meluangkan waktu untuk menenangkan diri sebelum membalas pesan, serta mengupayakan respons yang lebih rasional demi menciptakan komunikasi yang terbuka dan profesional.
- Meninggalkan Ruang Kerja yang Berantakan
Kondisi ruang kerja yang berantakan sering kali dianggap sebagai cerminan dari ketidakteraturan internal dan kurangnya fokus dalam menjalankan tugas profesional. Ruang kerja yang tidak terorganisir dapat menurunkan persepsi rekan kerja terhadap kemampuan pengelolaan diri dan profesionalisme yang dijunjung. Dalam konteks pembelajaran profesional, penelitian mengenai pembelajaran antarprofesional pada mahasiswa klinik menunjukkan bahwa tanggung jawab dan akuntabilitas atas lingkungan kerja turut berperan dalam meningkatkan rasa profesional serta kejelasan komunikasi. Oleh karena itu, upaya untuk merapikan ruang kerja setiap hari tidak hanya berdampak pada peningkatan efisiensi kerja, tetapi juga memainkan peran penting dalam membangun reputasi yang positif dan kepercayaan di antara rekan kerja.
Untuk mempertahankan profesionalisme di lingkungan kerja, sangat penting bagi setiap individu untuk menghindari serangkaian kebiasaan yang kelihatannya sepele namun berdampak signifikan terhadap reputasi. Kebiasaan seperti tidak memeriksa ulang email, menyela saat rapat, sering terlambat, melewatkan tenggat waktu tanpa pembaruan, berbagi terlalu banyak masalah pribadi, menggunakan nada defensif dalam email, dan meninggalkan ruang kerja dalam keadaan berantakan, semua berpotensi merusak citra profesional seseorang. Dengan mengadopsi solusi praktis yang telah terbukti efektif, seperti melakukan revisi dokumen secara teliti, mendengarkan dengan seksama dalam rapat, mengatur manajemen waktu dengan lebih baik, memberikan informasi secara proaktif kepada atasan dan rekan kerja, menjaga batasan antara kehidupan pribadi dan profesional, serta menciptakan lingkungan kerja yang tertata, maka kepercayaan rekan kerja dan atasan terhadap kompetensi serta integritas individu dapat terjaga dengan baik.
Referensi :
Bivall, A.-C., Falk, A. L., & Gustavsson, M. (2021). Students’ Interprofessional Workplace Learning in Clinical Placement. Professions and Professionalism, 11(2). https://doi.org/10.7577/pp.4140
Kang, H., & Han, K. (2021). Moderating Effects of Structural Empowerment and Resilience in the Relationship Between Nurses’ Workplace Bullying and Work Outcomes: A Cross-Sectional Correlational Study. International Journal of Environmental Research and Public Health, 18(4), 1431. https://doi.org/10.3390/ijerph18041431
Kuncoro, B. M. C., & Octavia, T. (2025). Analisis Faktor-Faktor Keterlambatan Waktu Pada Proyek Konstruksi Gedung Bertingkat Di Indonesia Terhadap Profesionalisme Dan Etika Kerja. Jdip, 2(2), 7–14. https://doi.org/10.9744/jdip.2.2.7-14
Lourenção, L. G., Rigino, B. M., Sasaki, N. S. G. M. dos S., Pinto, M. J. C., Neto, F. R. G. X., Borges, F. A., Santos, M. de L. S. G., Penha, J. G. M., Galvão, D. M., Santos, B. M. P. dos, Cunha, I. C. K. O., Oliveira, J. F. d., Afonso, M. d. S., Cunha, C. L. F., Silva, F. G. d., Freire, N. P., Nascimento, V. F. d., Rodrigues, S. T., Carvalho, T. M. d., … Domingos, N. A. M. (2022). Analysis of the Coping Strategies of Primary Health Care Professionals: Cross-Sectional Study in a Large Brazilian Municipality. https://doi.org/10.20944/preprints202202.0124.v1
Nababan, W. R., Rahmadani, N., Tamba, W. O. V, & Nst, T. K. H. (2024). Tantangan Bahasa Di Era Digital Terhadap Kesalahan Berbahasa Dalam Komunikasi Media Sosial. Jbdi, 1(3). https://doi.org/10.47134/jbdi.v1i3.2602
Rachmanadya, K. A., & Handoyo, S. (2022). Pengaruh Workplace Incivility Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Milenial Dengan Kelelahan Emosional Sebagai Variabel Mediator. Buletin Riset Psikologi Dan Kesehatan Mental (Brpkm), 2(1), 280–291. https://doi.org/10.20473/brpkm.v2i1.32999
Solís, C. (2024, December 1). 7 Habits That Make You Look Unprofessional | César Solís | 1,149 comments [Online forum post]. https://www.linkedin.com/posts/cesar-solis98_7-habits-that-make-you-look-unprofessional-ugcPost-7268849297138368512-UINW/?utm_source=combined_share_message&utm_medium=member_desktop_web
Penulis : Erna Susilowati
Editor : Ajeng Diah Hartawati M.Psi, Psikolog