Sense of Play dalam Berkarir
Berkerja se-asyik ketika bermain, terasa menarik, menyenangkan, menantang, membuat semangat, tidak membosankan, dan bahagia untuk terus menjalankan. Apakah kamu mengharapkannya, memimpikannya, menginginkannya?
Coba saat ini sadari. Apakah ketika ada kata “karir” kalian langsung terbayang sebuah tangga beserta anak-anak tangganya? Dan berkarir adalah menaiki anak tangga itu.
Kebanyakan pekerja memiliki mindset berkarir itu seolah meniti menaiki anak tangga. Efek dari mindset ini adalah biasanya tidak ada sense of play dalam bekerja. Bekerja akan beriringan dengan perasaan berat, malas, melelahkan, membosankan, atau bahkan tertekan.
Hal ini tentu berbeda dengan mindset yang melihat pekerjaan memandang karir sebagai jungle gym pada mainan anak-anak. Wah kok bisa bahas berkarir jadi nyambung ke jungle gym ya..
Apa sih maksudnya sense of play itu? Dan apa kaitannya dan fungsinya dengan berkarir?
Sekarang cermati penjelasan ini ya.
Jika dirimu ingin merasakan Bekerja se-asyik bermain, kamu perlu memahami bahwa Sense of Play atau kondisi kita dikatakan sedang bermain adalah jika kita memenuhi 3 syarat (Else, 2014), yaitu :
-
Choice. Di sini berarti kita sendiri yang memilih melakukannya (self-chosen). Loh tetapi dalam bekerja kan kita seringkali harus mengerjakan apa yang disuruh oleh atasan kita, atau sesuai aturan yang sudah ada. Iya benar, tetapi yang dimaksud self-chosen di sini adalah ketika kamu memilih apakah apa-apa yang kamu lakukan itu hanyalah karena sebuah “tuntutan” atau karena memang kamu memang “ingin” melakukannya. Dalam bermain, ketika ada seorang teman mengajakmu bermain, kamu dapat mempersepsi dia menyuruhku sehingga aku ikut dengannya karena “disuruh” atau dia mengajakku dan aku bermain bersamanya karena aku “menginginkannya”. Begitu pula dalam konteks bekerja, ketika ada sebuah tugas atau aktivitas atau pekerjaan, kamu bisa secara sadar menyadari bahwa kamu melakukannya apakah karena “aku dituntut” atau “aku ingin”. Sebab, dasar pemikiran aku ingin akan memberikan energi yang jauh lebih besar dari pada aku dituntut.
-
Engagement. Melibatkan diri kita secara utuh, tubuh dan juga pikiran, pada aktifitas yang kita lakukan, sehingga tubuh dan pikiran berjalan selaras melakukan pekerjaan. Pernahkah kamu melakukan sesuatu tetapi pikiran kamu ke mana-mana atau ke hal lain? Bagi anak laki-laki, Ketika seorang bermain main bola, biasanya akan memerankan dirinya sesuai pada posisi dia, ketika menjadi penyerang maka pikiran focus berpikiran totalitas untuk bagaimana menyerang dan mencetak gol, tubuhnya pun dipersiapkan kemampuan untuk melakukan tendangan-tendangan dan gerakan-gerakan menyerang. Ketika menjadi penjaga gawang maka pikiran focus pada menjaga gawang agar bola tidak dapat melaluinya dan dirinya menahan bola, tubuhnya pun siap totalitas dengan menggunakan sarung tangan penangkap pola dan kemampuan-kemampuan menghadang bola, mengamati gerak bola, dan refleks pada bola. Nah sama hal nya dengan bermain, ketika kamu totalitas mencurahkan diri pada sebuah pekerjaan dengan focus pada apa yang kamu kerjakan, dalam pikiran maupun Tindakan, maka kamu telah memenuhi syarat ke-dua ini. Tanpa engagement, bekerja akan menjadi setengah-setengah dan ada ganjalan yang mengganggu hati kamu dalam melakukan sesuatu.
-
Satisfaction. Mendefinisikan sendiri kepuasan atas pencapaian diri. Tidak menggantungkan kepuasan dari penilaian dan perkataan atau opini orang lain. Hal ini bukan berarti melepaskan visi misi dari perusahaan tempat kamu bekerja ya, melainkan kamu menentukan sendiri apa-apa yang membuat dirimu merasa puas atas hasil yang kamu kerjakan. COntohnya adalah ketika kamu menetapkan “diriku puas ketika telah melakukan apa yang perlu kulakukan dan telah aku usahakan” maka ketika ada orang lain yang berkomentar buruk atau merendahkan hasil kerjamu, kamu tau dan sadar bahwa yang terpenting bagimu adalah telah melakukan apa yang harus dikerjakan dan diusahakan, penilaian persepsi orang tidak berdampak pada semangatmu untuk terus melakukan apa yang ingin atau sedang kamu lakukan. Seperti halnya bermain kamu tidak hanya puas karena sekedar memenangkannya tetapi juga karena telah melakukannya, mencobanya, atu bermanfaat, ikut berperan, dan sebagainya.
Coba di cek ke diri sendiri masing-masing ya. Apakah selama ini yang saya lakukan itu atas dasar pilihan diri saya sendiri, kemudian melakukan pilihan saya itu dengan melibatkan diri secara utuh pikiran maupun tubuh, dan saya juga telah mendefinisikan kepuasan saya sendiri sehingga tidak terpengaruh oleh persepsi orang lain?
Jika ada yang belum salah satunya saja, maka kamu akan kekurangan sense of play dalam berkarir ya. Jika sudah ketiganya, maka kamu pasti menikmati dunia yang asyik, seru, dan menarik, dalam berkarir!
Reference
Else, Perry. 2014. Making Sense of Play : Supporting Children in Their Play. UK: Milton Keynes.
By. Ajeng