5 Red Flag Tanda Lebih Baik Resign

Setiap pekerjaan dan perusahaan pasti memiliki plus dan minus nya masing-masing. Hal ini mungkin akan bisa lebih disadari ketika kita sudah berdinamika di dalamnya. Oleh Karena itu, kamu perlu menganalisa hal apa yang menjadi pertimbanganmu tetap bekerja di perusahaan tersebut. Namun, kalau kamu mengalami 5 tanda ini sebaiknya kamu mulai mempertimbangkan untuk resign.

  1. Work-life balance yang kacau
    Work-life balance yang kacau dapat memberikan dampak negative pada kesejahteraan fisik ataupun mental seseorang. Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat menyebabkan stress, kelelahan, dan berbagai masalah kesehatan. Contoh work-life balance yang kacau di perusahaan antara lain lembur terus menerus, weekend dan hari libur masih harus kerja, atau setiap cuti dipersulit oleh atasan.
  1. Tidak ada kesempatan untuk berkembang
    Tujuan seseorang bekerja selain mendapatkan benefit finansial adalah pengembangan diri. Kamu perlu mempertimbangkan apabila di perusahaan tidak ada training, mentoring, ataupun promosi. Atasan yang kurang mempertimbangkan hal ini ditandai dengan ketidakpekaan atas peningkatan skill dari timnya dan apabila diajak diskusi tentang hal ini atasan cenderung pasif dan tidak menanggapi secara serius.
  1. Lingkungan Toxic
    Lingkungan akan berdampak besar pada produktifitas, kebahagiaan, dan kesejahteraan karyawan. Contoh lingkungan yang sebaiknya kamu hindari adalah bullying dianggap sebagai hal yang wajar, suka membicarakan orang lain dibelakang, atau budaya yang saling sikut. Penting untuk bertindak dengan bijaksana dan proaktif untuk melindungi dirimu dan mencari lngkungan yang lebih sehat apabila diperlukan.
  1. Tidak sesuai dengan nilai/value yang kamu miliki
    Keselarasan value perusahaan dengan value diri juga berpengaruh pada kenyamanan bekerja. Hal ini akan berdampak negative apabila value yang dimiliki tidak selaras dengan perusahaan. Contohnya kamu sangat menjunjung tinggi integritas namun orang-orang di kantor melakukan hal curang atau tidak etis untuk mencapai pencapaian tertentu.
  1. Micro-management level kronis
    Micro management berhubungan dengan praktik manajemen yang mana atasan terlibat secara ekstensif dalam mengontrol dan mengawasi setiap aspek pekerjaan bawahan atau tim yang mana seharusnya menjadi tanggung jawab bawahan. Apabila berlebihan akan membuat tim tidak nyaman dan merasa tidak dipercaya. Contoh perilakunya antara lain sering bertanya padahal tugasnya baru diberikan, cek secara terus menerus, atau bahkan harus share video untuk membuktikan tim sedang bekerja.

Sebelum membuat keputusan akhir dalam hal resign kamu perlu mempertimbangkan dengan cermat faktor-faktor diatas. Kamu juga bisa berdiskusi dengan rekan kerja atau HRD untuk mendapatkan perpektif dan solusi yang lebih baik.

Penulis : Lintang Rizka Ramadhani, S.Psi.
Penyunting : Ajeng Diah Hartawati, M.Psi, Psikolog

Referensi : https://www.instagram.com/p/CzJHQqvy7US/?img_index=1